Thursday, January 23, 2014

Bertemu Mualaf

Siang ini aku ke kampus untuk mengurusi sesuatu dan bertemu dengan temanku. Aku menunggu di mushalla gedung H Psiko, sambil membaca novel yang sudah lama belum kuselesaikan. Tiba-tiba ada seorang perempuan muda dan cantik, cukup muda untuk masih dipanggil kakak, ditambah juga gayanya yang cukup 'muda' dengan gamis dan hijab model modern. Ia tersenyum kepadaku sambil masuk mushalla, dan aku membalas senyumannya. Kemudian ia menanyakan namaku, kami berkenalan sebelum ia bertanya kepadaku,

"Sudah sholat belum?"
Aku yang dari tadi baca buku tidak sadar kalau sudah pukul 15.30. Jadi, dengan menahan malu, aku jawab belum. Kemudian kakak itu melanjutkan,
"Boleh imamin aku nggak? Aku baru masuk Islam nih, hehe." Kata kakak itu.

Aku pun kaget dan dengan spontan hanya bilang, "Wah, boleh, boleh! Sebentar aku wudhu dulu ya."

Kemudian aku berwudhu dan masuk kembali ke mushalla, mencari sepasang mukena dari persediaan mukena mushalla. Untuk menghindari keheningan, akupun berbasa-basi.
"Sudah berapa lama masuk Islam kak?"
"Oh, aku sudah sejak 6 bulan yang lalu."
Aku hanya bisa tersenyum dan mengatakan, "Alhamdulillah.."

Aku kemudian mengajaknya sholat. Cukup malu karena aku mengenakan mukena yang kurang matching dari persediaan di mushalla, sedangkan kakak itu sudah siap dari tadi dengan mukena pinknya yang ia keluarkan dari tas. Malu.

"Aku harus berdiri di sebelah mana?" kakak itu bertanya, dan sepertinya memang belum mengerti.
"Oh, di sebelah kanan aku, kak." Kebetulan kami hanya berdua dan aku dipercaya sebagai imam. Kemudian aku melanjutkan.

"Kakak tau qamat/ iqamah?" Aku bertanya seperti itu karena memang sudah kebiasaan jika berjamah, orang yang paling kanan menyerukan iqamah. Kakak itu terlihat bingung dan malu dengan tersenyum dan menutupi setengah wajahnya dengan mukenanya.

"Allahuakbar, allahuakbar, asyhaduallaa ilaahailallaah..." Aku mengawali iqamah itu sambil memandangnya, manatahu sekalian bisa mengajari kakak itu. Kemudian wajah kakak itu berubah cerah dan ternyata ia sudah mengetahui seruan iqamah.

"Ooh, itu namanya qamat." Sambil tersenyum ia melanjutkan seruan qamat, cukup lancar walaupun beberapa kali harus aku lanjutkan karena sedikit lupa. Kemudian kami sholat Ashar berjamaah.

Setelah selesai, ia langsung bilang, "terima kasih yaa." kepadaku sebelum kami berdoa masing-masing. Aku terharu, haha. Padahal biasa aja jadi imam. Setelah itu, kami membereskan mukena kami masing-masing. Kakak itu terlihat masih belum ingin meninggalkan mushalla, aku pun masih harus menunggu temanku. Jadi, aku berbasa-basi lagi.

"Kakak siapa yang ngajarin kak?" Maksud aku adalah yang mengajari Islam, Qur'an, bacaan shalat dan sebagainya.
"Mm saat ini aku diajarin tiga orang sih, salah satunya adalah dosen Psiko yang emang suka ngajarin dosen baca Qur'an." Aku tidak mengenali orang bahkan nama dosen tersebut, sehingga aku lupa ketika kakak itu menyebutkan nama dosennya.

Kakak itu sangat asik, ia memang ceria dan bersemangat dan banyak bercerita. Jadi, sore itu ia sedang akan menghadap dosen pembimbing disertasinya. Dia S3 sekarang, kami sedikit membahas mengenai kehidupan S3, karena aku juga tertarik untuk mendalami ilmu Psikologi sampai jenjang tinggi. Kemudian ia juga banyak bercerita mengenai pengalaman beragamanya. (baru tau kan ada pengalaman beragama, hehe)

"Aku dulu sempat Hindu dan Katolik. Lebih lama di katolik sih. Jadi, keluarga aku kan memang beragam, dari Islam sampai Konghuchu juga ada. Kami itu diajarkan untuk bebas memilih agama, asal kami tahu dan menghayati esensi dari memeluk agama itu. Bener deh, kalau misalnya kamu lahir dalam keluarga seperti itu, pasti kamu akan bingung."

Benar, beruntungnya sekarang aku sudah dari keluarga Islam, dan memang diajarkan Islam, seharusnya aku bisa lebih mendalami dan menghayati Islam. Namun, aku berkata kepada kakak itu bahwa, bahkan aku baru benar-benar menghayati agamaku sendiri itu saat akhir-akhir SMA hingga awal kuliah.

Kakak itu bercerita juga bagaimana saat-sata ia berada di Hindu.
"Waktu itu aku beribadah kan (ia menyatukan telapak tangannya, sambil menunduk-menunduk), katanya agama itu kan seharusnya menjadi rumah bagi pemeluknya, tapi saat itu, aku tidak merasa di rumah, i don't feel like i'm home." Ia berkata seperti itu, sedikit berbahasa Inggris yang fasih, karena ia bercerita bahwa ia juga sering keluar negeri.

Agama adalah rumah. Ya, seharusnya memang terasa seperti itu dan aku merasakannya kok, tapi toh sekarang paling sering dianggap kalo agama hanya sebagai ritual kan ya, biar dapet pahala dan terhindar dari dosa.

Kemudian ia juga bercerita ketika ia di katolik
"Saat itu aku di Jerman dan mendengar ibadah di gerejanya itu khidmat sekali, dan saat itu aku merasakan ketentaraman, dan membuat aku akhirnya di Katolik. Tapi tetap saja aku masih belum mengerti, apalagi jika baca-baca bibel, seperti itu, seperti masih ada yang kurang."

Setelah itu ia menceritakan pengalamannya ketika ia akan masuk Islam.
"Saat aku di sini itu, aku dibacain al-qur'an, dan saat itu aku nangis, dan ya, aku merasakan 'rumah' itu. Baru deh mulai perlahan- lahan aku belajar sholat, jadi aku tuh lucu, aku masih Kristen tapi tuh sholat juga, ke gereja juga, kacau deh, haha." Ia bercerita sambil tertawa.

Ia menangis mendengarkan bacaan Qur'an, ya Allah. Kemudian aku melihat jilbabnya yang rapi dan aku bertanya apakah setelah itu ia langsung memakai hijab atau perlu waktu lagi. Kemudian ia bercerita lagi.

"Jadi waktu itu aku bertanya pada dosen aku itu, apakah aku harus memakai jilbab. Terus aku langsung dikasih ayatnya coba di alqur'an, terus karena aku sudah baca, jadinya sudah tau, kan gak bisa menolak juga, akhirnya aku biasakan pakai jilbab."

Nah, sudah tau perintahnya, sudah tau kebenarannya, dan langsung dijalankan, ga nunggu yang macem-macem lagi, subhanallah. Kemudian kakak itu bercerita banyak lagi, tapi aku hanya ingat beberapa.

"Dulu aku kan penyanyi gereja gitu, haha, sekarang kalau aku mendengar nyanyian itu (kakak itu memasang tampang bahwa ia ingin ikut menyanyi), enggak, enggak, gue tau apa artinya itu, jadi enggak ikut nyanyi. Haha." Kakak itu bercerita terus mengenai pengalamannya.

"Aku kan ikut tuh waktu bulan puasa kemarin, aku mencoba puasa juga karena aku tahu katanya itu dapat memperbaiki metabolisme tubuh ya. Aku dikenalin juga yang namanya puasa senin-kamis kan, terus waktu itu aku dikasih tahu juga, 'Ada lho yang namanya puasa Daud, jadi sehari puasa, sehari engga.', terus aku langsung 'gue mau coba itu!'." Kata kakak itu, sambil pura-pura menunjuk-nunjuk ketika ia berkata memilih puasa Daud. Bahkan saat itu ia berkata bahwa ia sedang melaksanakan puasa Daud. Subhanallah.

Kemudian aku bertanya, "Oh, kakak udah dari bulan puasa kemarin ya, berarti sempat ikut lebaran dan Idul Adha kemarin dong kak?"

"Oh, aku tuh sebenernya dari dulu sudah merayakan semuanya, kayak aku ikut lebaran iya, natal iya, yah gitu deh, maklum kan keluargaku. Tapi tahun kemarin, entah kenapa kayak berbeda gitu. Biasanya saat natal kami merayakan dengan saudara saya yang kristen, tapi natal kemarin tuh kebetulan banget mereka sedang ke luar negeri, jadi aku ga merasakan natal sama sekali. Aku merasa kayak memang sudah diarahkan ketika aku sudah masuk Islam." Kakak itu berbicara seakan benar-benar berusaha untuk meyakinkanku.

Lalu kakak itu pun banyak bercerita lagi, mengenai sejarah Islam yang ia pelajari, mengenai bagaimana sebenarnya ia belum terlalu memaknai gerakan-gerakan shalat, dan sebagainya.

Sampai pada saatnya aku sudah harus pergi dan kakak itu juga. Tapi aku ingin masih bisa berhubungan dengan kakak itu, maka aku beranikan untuk meminta kontaknya yang bisa dihubungi, kemudian ia memberikan nomor HPnya dengan serta merta, dan kami bertukar kontak. Kami pun berpisah, namun semoga masih bisa berhubungan lagi di lain waktu.

Jujur baru pertama kali ini aku berinteraksi dengan orang yang baru pertama kali masuk Islam (Mualaf). Malu dan juga bersyukur sih kalau aku. Well, hikmahnya diambil masing-masing saja ya, semoga dengan merenungi ini, selanjutnya kita bisa lebih meningkatkan kualitas beragama kita. :)

No comments:

Post a Comment

Popular Posts