Thursday, October 4, 2012

A Photo for A Smile

Dear bloggers, apa sih hal yang kalian lakukan saat sedang badmood, sedih, atau marah? Pokoknya ketika kalian sedang mengalami kemunculan dari emosi-emosi buruk yang membuat kalian gabisa senyum, bahkan gamau tersenyum. Saat-saat ketika anda merasa semua orang bersalah, atau semua salah anda, atau bingung siapa yang salah, pokoknya hal itu yang membuat anda pengen banget segera nyemplung ke laut #eh

Kalau saya, biasanya sih nyanyi, keras-keras, di rumah. Sudah se-terbiasa dan se-terpaksa itu orang-orang di rumah saya untuk mendengarkan saya, mungkin para tetangga saya juga begitu #ups. Tapi, terkadang hal ini belum cukup ampuh buat totally menghilangkan mood buruk saya, apalagi kalau ternyata salah terjebak dalam lagu yang temponya malah bikin galau atau semacamnya *eaa*. Lagipula, rata-rata 8-10 jam hidup saya dalam sehari dihabiskan di kampus, maka agak susah untuk melakukan hal itu dimana tidak memungkinkan untuk bernyanyi keras-keras di kampus, baik dikelas (yaiyalah), maupun di luar kelas, bisa-bisa dibilang kalau alasan saya masuk psikologi adalah untuk berobat jalan, hakhak.  

Nah, baru-baru ini saya menemukan, atau mungkin menyadari metode baru yang bisa dibilang cukup ampuh (khususnya bagi saya) untuk menghilangkan emosi buruk yang muncul di saat sedang tidak berada di rumah. Itu adalah.... Narsis! Ya, narsis, alias berfoto-foto. :D

Ceritanya, awal saya menemukan metode baru itu adalah ketika sedang kecewa terhadap hal yang terjadi tidak sesuai dengan harapan *tsaah*. Kemudian, karena tidak memungkinkan untuk bernyanyi keras-keras, alternatif lain saya sebagai orang yang memiliki locus of control internal dan pribadi introvert adalah menyendiri lalu merenungi apa yang baru saja terjadi. Namun, karena lokasinya di kampus dimana beratus-ratus orang berlalu-lalang untuk melakukan kegiatannya, menyendiri itu pun kurang bisa direalisasikan secara maksimal. Oleh karena itu, saya pun tidak jadi bisa sendiri karena banyak teman-teman yang berkumpul di dekat saya atau menghampiri saya. Mungkin bisa saja tetap merenung walaupun ada banyak orang, tapi takut dibilang kesurupan aja kalo diem sambil bengong gitu. Lagipula saya itu orangnya gabisa fokus kalo di tempat ramai, bawaannya pengen nguping kesana kemari, hehe.

Beberapa orang menanyakan 'kenapa?', tapi saya cuma bisa bilang 'gak apa apa'. Maaf saya bohong, karena bercerita akan memperburuk keadaan. Terima kasih sudah menanyakan, atau mungkin memang sudah otomatis di dalam darah anak psikologi untuk menanyakan 'kenapa?', karena memang secara naluriah, kepo. Maaf juga nih, kalau saat-saat seperti itu saya tidak bisa mengkontrol muka atau nada bicara saya sehingga terkesan nyolot dan menyebalkan. Jadi, karena saya tahu bahwa lebih baik diam daripada ditimpuk karena muka yang ga terkontrol, saya diam saja dan bersandar pada pundak salah satu teman disebelah saya.

Kerjaan mahasiswa nganggur di kampus itu kalo ga buka buku, ya buka laptop. Teman disebelah saya ini sedang browsing di laptopnya. Saya hanya melihat, alias kepo dengan apa yang dilakukannya di laptop, manatahu ada yang bisa membangkitkan mood saya. Tapi setelah beberapa waktu, ia sudah kehabisan ide untuk melakukan apa lagi di laptopnya sebelum saya sempat menemukan 'kebahagiaan'. Tiba-tiba, ia mengajak saya untuk berfoto dengan webcam di laptopnya. Padahal sih males banget, tapi karena saya yang sedang lesu bersandar di pundaknya, tiba-tiba kaget bahwa saya sudah masuk dalam frame kamera, dan tersadar banget kalo saat itu saya sedang  bertampang sangat jelek karena cemberut (atau mungkin sehari-hari juga udah jelek), sehingga saya paksakan untuk tersenyum agar terlihat lebih baik. Dan kemudian ia mengklik tombol capture. 1 foto, 2 foto, sampai tidak dihitung lagi. Dan beberapa saat kemudian itu saya baru sadar bahwa saya sedang cengar-cengir dan ketawa-ketiwi dengannya. Saya bahkan lupa bahwa tadi saya sedang badmood.

Dalam psikologi, hal itu dinamakan Facial-feedback hypothesis. Dalam teorinya, dikatakan bahwa ekspresi wajah yang dibuat seseorang, dapat mempengaruhi emosi orang yang membuat ekspresi tersebut. Dalam eksperimen milik Paul Ekman, subjek penelitian yang merupakan aktor diminta untuk menunjukan ekspresi takut, hasilnya, reaksi fisiologis (seperti heart rate) yang yang ditunjukkan, sama kondisinya seperti ketika seseorang mengalami rasa takut. Begitu pula dengan ekspresi marah, dan ekspresi lainnya. Hal ini membuktikan bahwa adanya pengaruh facial expression terhadap emosi.
Referensi: King, Laura A. (2011). The Science of Psychology. New York: McGraw-Hill Companies

Jadi, ekspresi yang kita tunjukan dapat mempengaruhi keadaan emosi kita. Maka, dengan memaksakan diri untuk tersenyum, kita dapat memaksakan diri kita untuk kembali senang walaupun sedang dalam kondisi yang buruk, karena memang senyum itu terasosiasikan dengan emosi senang. Tadinya, saya pikir teori itu ga terbukti amat, terutama buat saya, karena belum pernah benar-benar mengalami yang namanya lg sedih, atau marah trus dipaksa senyum dan hasilnya jadi senang. Lagipula, susah juga yang namanya 'memaksakan' sesuatu. Maka, senang sekali ketika saya menemukan metode baru ini, karena dengan metode ini, saya menjadi 'terpaksa' untuk tersenyum, karena kalau tidak segera tersenyum di depan kamera, saya akan merusak gadget seseorang karena menyimpan foto dengan tampang yang kalo dilihat rasanya pengen segera membanting gadget tersebut.

Akhirnya, saya melakukan metode ini beberapa kali ketika saya sedang berada dalam kondisi buruk, dan hasilnya memang ampuh bagi saya yang memang jika dalam kondisi buruk, akan terkadang susah untuk tersenyum walaupun sudah ada stimulasi dari luar, misalnya nonton film lucu, atau ada teman yang ngelawak. Nyatanya, stimulasi dari diri sendiri lebih besar pengaruhnya daripada yang dari luar. Memang, hal ini ga bersifat universal, tapi buat yang suka badmood dan susah senyum, boleh nih di coba dulu, hehe.

Perlu diingat, metode ini bukan cara untuk menyelesaikan masalah yang membuat anda beremosi buruk tersebut. Masalah akan tetap ada setelah selesai berfoto. Tapi, dengan mengusahakan untuk tetap dalam kondisi senang itu baik juga, karena jika dalam kondisi senang, pikiran akan menjadi lebih positif dan lebih semangat untuk menghadapi masalah tersebut.

Selamat mencoba :)


Song of the Day: Avril Lavigne - Smile
Because....
....that's why I smile
it's been a while
since every day and everything

has felt this right
and now you turn it all around
and suddenly you're all I need
The reason why
I smile

No comments:

Post a Comment

Popular Posts