Wednesday, October 17, 2012

Tentang Harapan

Akhirnya, ter-refresh lagi otak saya yang telah kusut dan mengeras selama awal semester ini. Di semester 3 ini, entah kenapa rasanya gabut banget di kelas, padahal harusnya sih engga, cari mati banget buat ujian nanti. Ada yang salah dengan saya di semester ini. Dulu saat semester 1, saya cukup rajin dan takut banget yang namanya bolos kelas. Total saya absen kelas itu cuma 1x dalam 1 semester. Kalo sekarang, rasanya jatah bolos 3x itu harus dipakai tiap mata kuliah. Demotivasi sepertinya, tapi masih sulit juga menemukan akarnya dari mana. Kalo yang saya temukan di google sih ada 5 Hal Penyebab Demotivasi. Hmm, mungkin juga sih. Yah, saya berharap saya kembali menjadi saya yang dulu lagi, secepatnya.

Ok, tiba2 ditengah itu semua, ada publikasi tentang UI Book Festival 2012, acara tahunan FIB UI. Kali ini ada talkshow yang membahas mengenai "The Amazing World of Fiction Harry Potter". Ah, novel favoritku. Dan senangnya, waktunya tepat sekali di waktu kosong saya antara 2 matkul yang berjarak 3,5 jam. Karena saya percaya bahwa kebetulan seperti itu adalah takdir, maka saya merasa harus datang ke acara tersebut, semoga sih acaranya seru..

Saya hadir bersama teman saya, Tari, sesama penggemar karya J.K. Rowling. Dan, acaranya memang seru! Cukup mengingatkan kembali bagaimana perasaan-perasaan yang muncul ketika membaca rangkaian novel Harry Potter. Memang, J.K. Rowling itu penulis yang hebat sekali, selain bisa membangkitkan fantasi dan imajinasi, beliau juga bisa membangkitkan emosi yang beragam dengan tulisannya. Semoga saya bisa jadi penulis hebat kayak beliau yaa :D 


"We've stuck with Harry Potter until the very end." - kang Hadi dari @IndoHarryPotter, 2012 

Bener kang, and it's not ended yet! It will still alive in our soul. Ngerasa bingung kenapa ada orang yang rela koleksi novel Harry Potter, DVD aslinya dan beli atribut2 sihirnya? Keunikan, orisinalitas, kekayaan akan imajinasi, yang menimbulkan penantian dan harapan para pembacanya, itulah yang membuat kita, potterfans, tetap setia kepada Harry Potter dan J.K. Rowling. Bahkan setelah Harry Potter selesai, kami masih berharap J.K. Rowling masih membuat karya-karya yang sebaik Harry Potter. Semoga tante J.K. Rowling bisa terus menginspirasi dan membuat karya-karya hebat. Next stop: The Casual Vacancy. :D 

"Karena pengharapan adalah yang membuat kita bertahan pada apa yang kita cintai." - Bung James, 2012. 

Anyway, ada permainan baru yang saya pelajari hari ini, yaitu duel mantra. Intinya sih sama kayak suit jempol-telunjuk-kelingking atau rock-scissors-paper antara dua orang, namun lebih keren, yaitu dengan menggunakan mantra! Ingat ga, mantra andalan Harry Potter adalah Expelliarmus, mantra Voldemort adalah Avada Kedavra, dan mantra Severus Snape adalah Sectumsempra. Di ceritanya, Harry mengalahkan Voldemort, Voldemort mengalahkan Snape, dan Snape mengalahkan Harry. Jadi, Expelliarmus > Avada Kedavra > Sectumsempra > Expelliarmus. Simpel kan? Yak, siapkan tongkat sihir, beri salam dulu pada partner duel, lalu.... teriakkan mantranya! Semoga bisa jadi inspirasi baru untuk bermain ya :D

Maaf ya, post ini belum selesai seperti biasanya setelah penulisan song of the day. Saya suka lagu ini, tapi jujur saya lebih suka versinya Adam Lambert. Dan karena otak saya ini kemungkinan adalah iPod yang rusak, saat saya lagi bengong berpikir, tiba-tiba lagu ini termainkan di otak. 

People say I'm the life of the party
Cause I tell a joke or two
Although I might be laughing loud and hearty
Deep inside I'm blue 
So take a good look at my face
You'll see my smile looks out of place
If you look closer, it's easy to trace
The tracks of my tears..

Dalam lagu ini, sebenernya orang yang menyanyikan lagu ini, dia berharap. Dia berharap untuk diperhatikan lebih dalam. Dia memiliki kesedihan dalam dirinya dan berusaha untuk menutupinya dari orang lain karena tidak ingin dikira lemah dan tidak ingin dikasihani. Tapi, tentu sebagai manusia kita selalu ingin dianggap, kita ingin orang lain tahu kalau kita itu eksis, ga hanya fisikal, tapi juga perasaan-perasaan didalamnya.

Engga, maksud post ini bukan buat proyeksi. Dan engga, ini ga harus ngebahas soal cinta. Intinya, what you see it's not what you get. Jangan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu hanya dari apa yang terlihat dari luar. Apalagi menjudge sesuatu atas dasar kondisi permukaannya saja. Apresiasi terhadap effort orang lain juga penting, sekecil apapun effort itu. Mungkin ini yang harus saya latih lagi sebagai mahasiswa psikologi. Semoga saya bisa menjadi psikolog hebat nantinya, amin :)

By the way, kenapa judulnya 'tentang harapan'? Ngeh ga, di beberapa akhir paragraf di atas, ada sebuah harapan? Ada kata 'semoga' atau 'harapan' di tiap paragrafnya. Cuma mau bilang aja, kalau kita gabisa apa2 kalo ga punya harapan. Tanpa harapan, bagaimana kita mau memulai suatu tindakan? Hal kecil misalnya, makan, anda makan dengan harapan agar bisa kenyang dan bertenaga kan, atau hanya berharap untuk dapat menikmati kenikmatan makanan tersebut? Sekecil apapun, seotomatis apapun tindakannya, jika ditelusuri lagi pasti ada harapan dibaliknya. Sebenernya, bukan itu sih inti masalahnya. Saya dengar ada orang yang tidak mau berharap lagi karena takut untuk kecewa. Hei, sekecil apapun, sebesar apapun, harapan itu akan didengar oleh Tuhan. Kecewa? Biasa aja, kalau kecewa kita masih belum mati kan? Masih bisa belajar dari kesalahan, masih bisa memperbaiki, masih bisa mengganti harapan itu sendiri bahkan. Jadi, jangan takut untuk berharap, ok? :)

No comments:

Post a Comment

Popular Posts