Thursday, September 13, 2012

Rumput Tetangga

(source)
Aku memiliki halaman di depan rumahku.
Berbatas antara rumahku dengan pagar rumahku.
Memang tidak begitu luas, namun cukup untuk bisa menjadikannya halaman rumput.
Rumput di halamanku, menurutku sangat indah.
Begitu hijau, rapi, dan menawan.
Dan aku sangat menyayanginya.
Begitu sayangnya sehingga aku selalu merawatnya sedemikian rupa.
Aku menghabiskan waktuku di luar rumah untuk merawat rumputku.
Aku merasa bahagia, bahkan ketika semua tenagaku terkuras untuk merawatnya.
Hanya rumput, namun telah mempengaruhi sebagian besar hidupku.
Suatu saat, aku merasa perlu memberikan hal yang lebih baik untuk rumputku.
Aku akan membeli pupuk di toko yang berada di ujung jalan.
Akupun keluar melewati pagar rumahku dan berjalan kaki.
Saat di tengah jalan, aku menengok melalui pagar rumah tetanggaku.
Langkahku terhenti, dan terpaku memandangnya.
Aku sedang melihat ke halaman rumputnya.
Begitu luas, cantik, hijau, dan menarik.
Begitu banyak hal yang lebih daripada halaman rumputku.
Aku melihat tetangga-tetangga lain berdatangan ke rumahnya.
Memujinya, dan mengagumi rumputnya.
Tiba-tiba aku merasa sedih.
Mengapa rumputku tidak seperti itu?
Mengapa orang lain tidak menganggap rumputku seperti itu?
Mengapa aku tidak bisa membuat rumputku seperti itu?
Akupun berfikir untuk kembali saja ke rumahku dan tidak jadi membeli pupuk.
Aku merasa rumputku tidak akan bisa seindah rumput tetangga itu.
Saat ingin kembali, tiba-tiba aku teringat perkataan orang.
Bahwa rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput sendiri.
Ya, memang, aku melihatnya, namun aku jadi berfikir.
Apakah akar dari rumput tetangga itu lebih kuat daripada rumputku?
Apakah air yang mengalir di setiap selnya lebih jernih dari air yang kusiramkan setiap hari?
Apakah tanah tempat ia berdiri lebih subur daripada tanahku?
Aku tidak akan pernah tahu.
Kecuali hingga aku berani mencabut dan merusak rumput tetangga itu sampai aku mengetahuinya.
Tapi aku lebih memilih untuk merawat rumputku dengan caraku sendiri.
Akupun kembali berjalan untuk membeli pupuk.
Aku pulang dan memberi pupuk tersebut pada rumputku.
Kemudian aku meninggalkannya, namun senantiasa berdoa untuknya.
Keesokan harinya, aku keluar dari rumahku.
Dan aku melihat halaman rumput yang terindah yang pernah ada.
Maaf rumput, aku pernah meragukanmu untuk menjadi apa yang aku inginkan.
Maafkan aku karena sudah menuntut untuk menjadi apa yang aku inginkan
Nyatanya sejak awal, kamu sudah menjadi apa yang aku inginkan.
:)

Notes:
- Sebuah refleksi diri ketika sedang melihat rumput tetangga yang, itu, yang memang hijaunya berlebihan
- Engga, saya ga punya halaman rumput. Engga, rumput ga perlu pupuk. :") 

Song of the Day: OST Disney Little Mermaid - Part of That World

Maaf karena dua post belakangan ini referensi lagunya Disney melulu, karena emang akhir-akhir ini lagi suka mendengarkan playlist lagu Disney. Dan ternyata, lagu-lagu itu bisa dikaitkan dengan perasaan-perasaan yang sedang di alami akhir-akhir ini. *tsah* *enggak, gak galau*

No comments:

Post a Comment

Popular Posts