Saturday, May 17, 2014

Mendidik Anak dengan Cinta - Oleh Kak Seto

I'm so inspired today..
Hari ini pembekalan K2N UI yang ke tiga. Iya, saya coba-coba ikut yang kayak beginian, udah rencana dari tahun lalu :P
Dimulai dari pembekalan hari ini yang bertempat di Auditorium lt. 6 Perpustakaan Pusat UI. Saya duduk di samping teman saya, Hastin. Kemudian menengok ke bagian operator komputer. Mengernyitkan dahi sebentar. Lalu aku berkata pada temanku, "eh itu mirip kak Seto deh.." Dengan spontan temanku menyeru "Itu emang kak Seto!" Aku kaget, dan berbinar-binar. Akhirnya aku bisa ketemu kak Seto secara langsung. Beliau saat itu sedang menyiapkan presentasinya.

Presentasi dimulai dengan iringan dari keyboardist yang mengiringi presentasi kak Seto. Pada dasarnya, materi hari ini mengajarkan mengenai cara mendidik anak yang baik. Yaitu dengan Cinta. Sebenarnya materi ini sangat awam sekali dan sudah saya apatkan juga di Psikologi, namun karena pembawaan kak Seto yang sangat baik, materi ini jadi berkesan sekali. Kami diajarkan mengenai anti kekerasan dalam mendidik anak. Kemudian mengajar kreatif karena anak-anak lebih akan tertarik dengan pelajaran yang menarik. Selain itu juga cara mengidentifikasi dan mengembangkan potensi anak.

Anak itu dilahirkan dengan karakteristik berbeda-beda. Namun, sayangnya, pendidikan di Indonesia saat ini menyamaratakan penilaian kemamuan anak. Kak Seto memberikan ilustrasi, ada si burung yang dia jago dalam pelajaran terbang, tapi saat disuruh lari, ia kalah. Si kuda sangat jago dalam pelajaran berlari, tapi ketika disuruh berenang, ia kalah. Hal ini mencerminkan anak-anak. Semua anak itu cerdas. Itu yang selalu dikatakan oleh kak Seto. Namun kecerdasan itu terlihat dari berbagai aspek. Kecerdasan tidak hanya dilihat dari tingginya nilai matematika dan IPA. Kecerdasan harus dilihat dengan spektrum yang lebih luas. Ada kecerdasan motorik seperti olahraga, menari, kecerdasan musikal, kecerdasan bahasa, dan sebagainya. Coba saja liat link ini: Theories of Multiple Intelligence milik Gardner.

Menyayangi sistem pendidikan yang ada, orang tua dan guru kurang peka terhadap anak. Anak yang dengan metode belajar auditori, dianggap gak fokus, anak dengan metode belajar kinestetik, dianggap nakal. Semua anak dianggap harus belajar dengan cara visual, duduk diam, menghadap papan tulis, dan mendengarkan guru. Kak Seto bilang, bahwa ini adalah pelanggaran hak anak.

Semakin terjun ke dalam dunia globalisasi pun sistem pendidikan (guru dan kurikulum) semakin tidak berpihak pada anak. Hal ini sebenarnya kekerasan bagi anak. Pasalnya, anak dari kecil sudah disekolahkan, umur 6 tahun dipaksa masuk SD. Mata pelajaran tidak penting masuk ke sekolah, belum lagi metodenya semua menghafal. Belum lagi setelah pulang sekolah anak disuruh les ini itu. Waktu bermain anak menjadi kurang. Padahal bermain adalah hak anak. Pada akhirnya, kak Seto menjelaskan bahwa banyak anak yang menganggap sekolah adalah penjara. Anak terpaksa ke sekolah, terpaksa belajar. Bahkan sampai takut ke sekolah, alias school phobia.


Hal ini berdampak buruk bagi anak. Anak menjadi gelisah, hilang minat belajar belajar, agresif, bahkan ingin bunuh diri! Belum lagi pelarian anak ke hal-hal aneh seperti narkoba atau seks bebas. Sistem pendidikan yang dibanggakan ini malah yang menjerumuskan tunas-tunas bangsa dalam kesengsaraan. Meski begitu, orang dewasa pasti akan selalu menyalahkan anak. Dibilang anaknya bermasalah, karena dianggap bodoh, tidak mau belajar. Anak malah dimarahi, dipukul, dihukum. 

Memarahi anak. Itu juga yang masih merupakan kesalahan besar dari orangtua dan guru. Memarahi, mencubit kecil, memukul, walaupun tidak terlalu menyakitkan, itu merupakan planggaran hak anak lho. Banyak cara mendidik anak tanpa kekerasan. "Menghadapi anak itu harus menjadi artis serba bisa." Bisa dengan menyanyi, beracting, menari, bermain. Bukan dengan memarahi dan memukul. Ada orangtua yang beralasan "Tapi, dengan saya mengerasi anak saya, terbukti anak saya bisa menjadi bupati." Kak Seto bilang, "Mungkin jika tidak dengan dikeraskan, anak ibu bisa jadi presiden." Intinya, anak akan tumbuh lebih baik tanpa kekerasan, tanpa dimarahi, tanpa dihukum. Bahkan ayat Al-qur'an mengenai anak yang dipukul jika tidak sholat saja dikaji ulang dan maksudnya adalah lebih ditekan, didorong, bukan disiksa.

Pada dasarnya tidak ada anak yang nakal. Anak itu memang lebih aktif, lebih ingin tahu, ingin mencoba banyak hal. Keaktifan dan kecerewetan anak itu yang dianggap orang dewasa sebagai "nakal". Padahal anak itu pintar! Justru anak yang bodoh itu yang diam saja, tidak bisa berpikir, mungkin karena ada masalah keterbelakangan mental atau masalah sejenisnya. Jangan berasumsi bahwa mengerasi anak dengan memarahi, memukul adalah bentuk rasa sayang orangtua pada anak. Itu malah yang membuat anak tidak berkembang dengan baik. Rasa sayang itu adalah memberikan lingkungan terbaik untuk anak agar bisa berkembang.

Dari semua yang telah dijabarkan, maka dari itu perlu adanya kepekaan yang tinggi bagi orangtua dan pihak sekolah. Anak itu pada dasarnya cerdas. Anak itu pada dasarnya mau belajar. Tinggal bagaimana lingkungannya mendukung untuk mengembangkannya. Orang dewasa harus mampu mengidentifikasi apa minat dan bakat anak. Jangan paksa anak menekuni apa yang tidak diminatinya, tidak dikuasainya. Didik anak dengan cinta, bukan dengan kekerasan. Mungkin orangtua tau banyak karena sudah berpengalaman, tapi anak tidak bisa hanya diberitahu begitu saja. Gak ngerti. Ajak anak dalam aktivitas yang menyenangkan. Anak akan menganggap belajar menjadi esuatu yang menyenangkan, dan  less threathening (tidak mengancam).

Well, walaupun gak dapat kesempatan bertanya dan mendapatkan novel pertama kak Seto, alhamdulillah kayaknya nambah satu ide buat skiripsi, hehe. Insyaallah setelah K2N ini aku juga pingin magang di KPAI atau Komnas PA, atau yang berbau anak-anak hehe. Aamiin.

Calon Peserta K2N UI 2014 bersama Kak Seto Mulyadi
Tidak ada anak yang nakal!
Semua anak itu Cerdas!
Semua anak mau belajar! 

Didiklah anak dengan Cinta :)

No comments:

Post a Comment

Popular Posts