Wednesday, October 2, 2013

Not Significant to Significant Others

Senin kemarin aku sempat sharing dengan seorang senior, sebut saja kakak (karena aku gak punya kakak). Kakakku itu bercerita mengenai pengalamannya dalam suatu pelatihan. Ia memiliki teman, sebut saja K (karena A/X terlalu mainstream). Si K memiliki teman yang merupakan juniornya, sebut saja L. K ini bercerita pada kakakku bahwa ia sangat mengagumi L. Ia bercerita panjang lebar mengenai L, kakakku yang mendengarkannya sampai merasa bahwa hubungan K dan L ini akrab sekali, rasanya L sesignifikan itu dalam hidup K.

Di kemudian hari, Kakakku bertemu dengan L dalam pelatihan tersebut. Secara automatis, dan sekalian untuk membangun raport, kakakku menanyakan L mengenai K. Kagetnya, L biasa saja ketika ditanya mengenai K, seakan L dan K hanya teman biasa yang baru berkenalan. L hanya berkata "Oh, iya dia cuma seniorku kok, kita biasa aja", atau intinya seperti itu. Kakakku saat itu terkaget mendengar respon L mengenai K, padahal K begitu menganggap L sebagai teman dekat, sebagai orang yang signifikan. Namun L menganggap K hanya seorang biasa.

(source)

Mendengar cerita itu aku jadi agak berombak-ombak hatinya, dan kepikiran. Jadi, benar-benar, orang yang kita anggap signifikan di dalam hidup kita bisa saja tidak mengganggap kita signifikan dalam hidupnya. Kemungkinan itu cukup besar pula adanya. Selama ini kita hanya terlena, terbawa alur persahabatan dengan teman-teman kita, hingga suatu saat mereka menjadi begitu signifikan, begitu bisa mengubah dunia kita, begitu bisa mengubah diri kita. Tapi hey, itu hanya dari pandangan kita. Apakah mereka merasakan seperti apa yang kita rasakan? Kali ini aku sangat yakin bahwa jawabannya tidak pasti. 

Tapi kemudian aku berfikir juga. Apakah perlu agar significant others kita juga menganggap kita significant? Sebenarnya sih, pengaruh significant others ini kan hanya kepada kita, kita yang menganggap significant. Se-urgent itukah agar kita juga significant kepada mereka? Maafkan aku yang males liat-liat buku teori tentang beginian. Aku sebenernya gak begitu ngerti tentang significant others dan apa pengaruhnya. Tapi toh ini hanya blog, kan? Gak usah dipercaya juga, hehe.

Mungkin berpengaruhnya ke self-esteem, yang membuat penghargaan terhadap diri kita berkurang karena merasa orang lain tidak menganggap kita seperti apa yang kita anggap. Tapi terserah diri sendiri aja sih, apakah kamu akan merasa tidak berharga, sedih, tidak percaya diri jika significant others-mu menganggap kamu tidak significant? Aku sih.. iya. Probably more than 50% of humans in the world feel the same way. Kalo kata Abraham Maslow sih karena kita memiliki kebutuhan akan hal tersebut, awalnya kebutuhan tingkat 3 akan belongingness dan relationship, sudah terpenuhi dengan memiliki keluarga, teman-teman, atau pacar. Kemudian ada kebutuhan tingkat 4 akan esteem, ini yang bisa tidak terpenuhi jika ternyata you are not significant to your significant others.

Iya, makanya hati-hati dan harus siap dulu ketika akan menjadikan seseorang your significant others.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts