Thursday, November 2, 2017

Untung Saja Menikah

Aku berfikir, melihat fenomena jaman sekarang ini, banyak anak-anak muda yang begitu dekat sekali terjerumus dalam bahaya virus merah jambu. Virus merah jambu memang wajar, tapi pasti ada bahayanya, dan mereka begitu dekat dengan hal itu. Jadi, kalau aku melihat ada anak-anak yang sudah pacaran lama, bermesra-mesraan lama, lalu menikah, saya sendiri entah kenapa merasa lega begitu, "untung mereka menikah". Bisa jadi kan salah satu ada yang sudah dirugikan lalu mereka tidak jadi menikah? Bisa jadi pula keduanya melakukan hal-hal yang tidak seharusnya sebelum menikah? Makanya saya berfikir, "Untung saja mereka menikah".

Image result for children couple photography

Di satu sisi aku sangat bersyukur sekali mereka sudah menikah, sudah halal. Namun di lain sisi aku memikirkan kalau mereka punya anak, duh, kayaknya jangan dulu deh. Aku merasa mereka belum matang, belum siap, masih labil. Aku tidak berhak menjudge, tapi tentunya dari postingan-postingan mereka di medsos aku bisa menilai seperti apa mereka kan? Seawam-awamnya aku sebagai anak psikologi, pasti mengerti 'usia mental' seseorang dari postingan media sosialnya.

Bingungnya, sudah jadi budaya orang Indonesia kalau ada orang menikah langsung ditanya "sudah isi?". Tak jarang pula yang menjudge "jangan menunda anak, nanti sulit punya anak". Seakan Tuhan jahat banget kalau nunda anak apapun alasannya, jadi dipersulit. Jadinya orang yang baru menikah merasa tidak nyaman, dan siap ga siap mereka memutuskan punya anak. Aku sebenarnya kasihan, mereka dipaksa melakukan sesuatu yang mereka sendiri belum paham resikonya.

Memang, dalam agama kita memang tidak boleh takut punya anak, karena Allah akan menjamin rezekinya. Tapi bukan masalah keuangan, toh biasanya anak-anak itu juga sudah mapan, bahkan lebih mapan daripada orangtuanya, tapi ini masalah tanggung jawab agama, moral, dan pendidikan anaknya. Aku melihat anak zaman sekarang begitu ingin eksis di sosial media, ingin berkeliling dunia, masih belum mengerti jati diri. Jadilah banyak anak-anak yang ditelantarkan (secara emosi), tidak memiliki kedekatan emosional dengan orangtuanya, karena orangtuanya begitu workaholic atau sosialita. Meskipun, anak-anak itu hidup dalam kecukupan dan pendidikan yang baik, namun ia menjadi bully di sekolah atau bergaul dengan anak-anak yang kurang baik, tidak paham moral dan agama. Ketika mereka dewasa mereka juga menjadi anak-anak yang aku bilang "untung saja mereka menikah". Cycle-nya jadi berputar-putar.

Tapi, besides all of that. Lagi-lagi, untung saja mereka sudah menikah. Daripada punya anak tapi belum menikah. Hehe.

Sorry, Old Me

Aku ini orangnya penyayang. Maksudnya teh suka "sayang" sama hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan atau sejarah hidup. Jadinya, anaknya suka hoarding, mengumpulkan barang-barang lama sampai bulukan dan gak tau gunanya buat apa, karena sayang untuk dibuang. Akupun juga merasa tidak rugi untuk menyimpan semua barang itu, toh semuanya berkesan, menyimpan cerita dibaliknya, mengingatkan pada memori.

Image result for writing diary.png
(source)

Aku punya diary kecil, dulu namanya orji, dan hits banget di kalangan anak SD. Orji yang kertasnya bagus-bagus lucu-lucu aku koleksi dan ditukarkan dengan teman-teman aku. Tapi kertas yang biasa saja dan banyak, aku jadikan buku diary. Jangan salah, dulu aku rajin sekali menulis diary. Meskipun dulu aku bodoh dan lugu (tapi tetap imut), dan gak bisa mengambil insight dari apa yang terjadi dalam hidup, aku begitu tulus dalam menuliskan hal-hal yang terjadi dalam sehari-hariku. Saat kubuka kembali orji masa kecilku, terkadang aku tertawa sendiri "bodoh, begini doang ditulis". Aku lebih banyak menulis bagaimana kegiatanku dari bangun pagi sampai tidur, dibandingkan apa yang aku alami hari itu. But hey, bebas toh? namanya juga anak kecil. Ya meskipun dulu aku anak kecil bodoh, aku ingat kok dulu ada teman aku yang lebih rajin lagi setiap hari nulis diary nya panjang banget kayak novel. Tapi, menulis diary itu menyenangkan sekali.

Disamping kebodohan itu aku melihat di sekeliling orjiku, begitu banyak tempelan-tempelan kolase yang menghias buku orjiku. Bahkan aku sampai kagum sendiri, "dulu aku bisa ya bikin begini?". Begitu detail dan rapi karayaku di orji itu. Aku jadi ge-er, ternyata aku ada bakat kreatif (tsaah). Yah, ga nyangka aja dulu aku bisa bikin prakarya seperti itu, kepikiran dari mana gitu. 

---

Hari ini aku sedang membersihkan file laptopku. Kebetulan laptopku baru saja sembuh dari rusak yang cukup lama dan sekarang sudah kembali bisa digunakan seperti laptop baru (caiillaaah). Aku melihat file-file lamaku. Aku dulu suka menulis cerpen, tidak banyak yang aku publish di blog, kebanyakan cerpen-cerpen gagal menang lomba di koran atau blog competition. Pada intinya, banyak yang aku simpan sendiri. Tapi entah mengapa aku heran sendiri, iseng aku baca satu dua cerpenku, aku merasa tidak pernah menulis itu. Aku merasa membaca tulisan orang lain, tapi yang gaya bahasa dan penulisannya sama denganku. Kadang bahkan aku terharu atau tertawa sendiri membaca yang katanya tulisanku itu.

---
Bahkan aku baru ingat, aku punya blog yang lain selain ini, yang merupakan kumpulan puisi-puisi buatanku. Lagi-lagi, aku tak percaya kalau aku pernah membuatnya. Aku seperti, "apa ya yang dulu aku pikirkan?". Kubaca satu dua, tak menyangka bagus juga. Ada juga sih yang aneh dan terlalu dipaksakan, tapi ternyata kumpulan puisi itu bisa dibilang cukup banyak untuk memenuhi suatu blog yang sepi. Kalian bisa lihat halaman itu di dashboard My Other Pages.

---
Sungguh aku heran. Pertama, apakah dulu aku memang orang yang cukup kreatif dan produktif sehingga bisa membuat karya-karya yang bahkan diriku sekarang tidak percaya aku bisa membuatnya.
Kedua, apakah diriku yang dulu tidak kecewa dengan aku yang sekarang? Pemalas, tidak termotivasi, mudah menyerah, dan paling penting, tidak produktif. Plakk.

Duh ada yang bisa tampar aku?

Hehe.. maaf ya aku yang dulu, aku yang sekarang terlalu sibuk, seakan semua badan digerakkan bukan oleh otak, tapi oleh dengkul. Otaknya hampir mati, mengerjakan rutinitas, yang juga tidak terlalu ia cintai. Semoga kamu tidak kecewa ya, aku yang dulu.

Wednesday, April 19, 2017

Jadi Ibok yang Baik

Salah satu pertimbangan yang muncul berbarengan dengan pertimbangan ketika akan menikah pastinya berhubungan dengan anak. Iya, sudah paket namanya ketika akan menjalani suatu pernikahan, pasti juga harus memikirkan tentang anak. Entah itu insyaAllah diberikan rezeki cepat, maupun nanti, intinya pasti suatu saat ada rencana untuk memiliki anak.

Bagi anak-anak (jjiaaah anak-anak, hehe) zaman sekarang, rasanya ideal banget nikah muda dan langsung punya anak sehat pintar macam Kirana gitu. Pasti pada pengen bisa cepet-cepet ngasuh anak, jadi ibu yang baik yang bisa nerapin psikologi keluarga. Tapi kok aku engga ya. Aku emang dari dulu anaknya biasa aja sama yang namanya ngelihat anak, ngelihat bayi. Kalo orang bilang mungkin "kurang luwes" sama anak-anak. Meskipun aku suka ngajar anak-anak, itu ya karena aku cukup aware sama pendidikan anak, buka serta-merta suka anak-anak. Aku sebel juga kadang sama anak-anak kenapa begini begitu, tapi aku sadar kalau mereka memang masih anak-anak. Kadang heran yang bilang kalau Syaki itu keibuan banget orangnya. Aduh salah deh kayaknya, tapi di-Aamiin-in aja deh, hehe.

Image result for return of superman triplet
(source)

Kenapa ya, apa aku yang emang kelainan, atau kurang tereksposure sama media sosial. Habisnya aku melihat anak-anak jaman sekarang begitu mengidolakan Iboknya Kirana, atau bapak Song-Il di Return of Superman. Bagus memang sih, mereka bisa memberikan contoh parenting yang baik, jadi orang-orang ikut belajar. Mungkin orangtua lain jadi bersemangat, untuk jadi orangtua yang baik juga untuk anaknya nanti, jadi punya rencana juga apa yang baik-baik dilihat di media, akan diterapkan juga.

Namun di lain sisi, kayaknya aku cukup skeptis sama media. Habis, yang dipampang yang bagus-bagus doang. Kenapa sih engga ada acara atau media/akun parenting yang menampilkan anak yang diasuh oleh keluarga muda yang masih tinggal di kontrakan kecil gitu. Ga banyak mainan-mainan bagus untuk tumbuh kembang anak, ga ada apartemen luas untuk lari-larian anak dan yang punya banyak kaca dengan pemandangan langit dari atas. Kenapa engga ada akun yang menampilkan gimana usaha orangtua menengah ke bawah untuk mengasuh anak-anaknya. Gak perlu kok pake acara sedih-sedihan dan nangis-nangisan, emangnya orang kayak gitu harus selalu dikasihani? Atau mungkin akun orangtua dengan anak berkebutuhan khusus?

Entahlah, menurutku malah agak kejam, menampilkan video pengasuhan anak yang sebenarnya orangtuanya sudah memiliki banyak kemudahan, seperti anak sehat, apalagi pintar, dan juga cukup dari segi materi. Jadinya, anak-anak muda jaman sekarang, termasuk eyke kayaknya, jadi merasa harus bisa memiliki banyak hal agar anaknya bisa bahagia, bisa pintar. 

Ada, masa-masa aku overthinking, negative thinking.. "gimana kalau aku ga bisa jadi Ibu yang baik?", "Gimana kalau aku ga bisa memberikan apa yang terbaik untuk anak dan keluarga karena masalah finansial?" Bahkan aku itu orangnya paling sering menghilangkan aplikasi sosial media di gadget, biar itu, ga down dan ga takutan ga bisa seperti orang-orang bahagia di medsos. Lebih baik ga update kan daripada ga bahagia? hehe. Yasudahalah, kita bisa hanya ambil baik-baiknya saja kan? Soal nanti nasib kita akan bagaimana, itu urusan Allah SWT. Ambil dan lakukan yang positifnya aja, jangan ngiri, hehe.

Mau bagaimanapun nanti, semoga aku bisa jadi Ibok yang baik. Aamiin.

Sunday, February 19, 2017

Selingkuh

Eits, jangan salah dulu. Ini bukan aku yang cerita tentang selingkuh. Bukan juga tentang aku yang diselingkuhin. Baca dulu sampai akhir, karena plotnya akan berubah. Peace.

Image result for unhealthy relationship photography
(source)
Dari kecil, aku ga pernah begitu percaya sama yang namanya laki-laki. Makanya aku pacaran aja baru sekali itupun pas kuliah, pas aku udah agak "sadar sama kehidupan". Kedua kalinya sama orang yang bakal jadi calon suami aku nanti (aamiin). Sejak kecil, aku merasa seharusnya laki-laki itu tidak boleh dekat-dekat dengan perempuan. Meskipun di agamaku memang dianjurkan untuk seperti itu,  namun dalam lingkungan keluargaku tidak begitu mengekang aku untuk bergaul dengan laki-laki. Tapi aku sendiri juga sudah tidak ingin berdekatan dengan laki-laki. Aku merasa laki-laki itu sangat berbeda dengan perempuan, laki-laki itu menyebalkan, memiliki jalan pikir yang berbeda. Walaupun begitu, tetap saja terkadang aku bisa suka sama seorang laki-laki. Bahkan sama pacarku sekarang, aku masih merasa sebal dengan dia, ya karena dia laki-laki, tapi toh kenapa aku masih ingin menikahi dia? Padahal kalau dengar ceritaku selanjutnya, akan membuatku tidak habis pikir.

Aku tuh ngga habis pikir. Cerita tentang perselingkuhan begitu seringnya terjadi, bahkan bukan cuma cerita, tapi tindakan nyata, di lingkungan sekitarku bahkan lingkungan keluargaku. Dan hal ini membuat aku semakin tidak percaya dengan yang namanya: laki-laki. Bukan berarti aku merasa bahwa 'kaumku' adalah kaum yang paling baik diantara kaum laki-laki dan perempuan, tapi buktinya, banyak disekitarku wanita yang tersakiti karena suaminya selingkuh bahkan ketika sudah memiliki anak. Well, kalau yang selingkuh itu laki-laki, berarti ada juga pihak wanitanya kan? Berarti ada juga dong wanita yang selingkuh? Benar!

Tapi kok gini ya, kebanyakan laki-laki yang selingkuh itu yang sudah beristri, beranak, atau terkadang istrinya sudah tidak cantik lagi menurut suaminya. Dan bisa-bisanya, kebetulan sekali ya, perempuan yang menjadi selingkuhan itu perempuan muda (atau terlihat muda), sudah bercerai atau belum menikah, atau memang sudah punya anak tapi dia ada pembantu buat ngurusin. Jarang kan ibu-ibu dewasa madya yang selingkuh sama laki-laki seumurannya apalagi lebih muda? Mungkin ada aja sih, tapi jarang kan?? *ngotot

Maksud aku, how could you?? Apakah itu karena kita kaum wanita yang kalau semakin tua semakin buruk rupa dan tidak mempesona sedangkan kalian kaum laki-laki semakin tua semakin kaya dan bisa memperdaya wanita muda nan cantik jelita? (jago banget gue bikin irama cem dangdut). Maksud aku, apa salah istrimu? Kalau masih muda belum kawin, ya gapapa deh, meski jahat juga sih namanya. Tapi ini kan udah beristri, sah, di mata Tuhan, beranak, memiliki tanggung jawab. 

Apakah kalian memang ingin memperbanyak keturunan, atau membuat keturunan yang beda mukanya dengan yang sudah kalian miliki? Kalau kalian ngerasa istrinya ngga cantik lagi, udah dikasih uang belum ke istrinya untuk ke salon dan beli skin care?  Apa istrinya segitu cerewetnya hingga kalian ga tahan lagi diatur biar rumah tangga beres? Apakah istrinya tidak penurut untuk melakukan semua hal yang kalian mau sedangkan istrinya juga harus melakukan banyak hal agar rumah tangga beres dan anak terasuh dengan baik disaat kalian kerja? Jujur sedih banget setiap mendengar ada kerabat-kerabat wanita yang tersakiti karena diselingkuhi suaminya. Padahal mereka masih sayang dengan suaminya, tapi suami mana yang masih sayang dengan istrinya kalau dia sudah tega untuk selingkuh. 

Actually, penelitian sudah banyak menjelaskan. Coba buka di sini. Yah, kenyataannya men cheat more than women karena memiliki dorongan seksual lebih tinggi. Banyak juga yang mengatakan bahwa pasangannya kurang menarik lagi. Ada juga karena kebutuhan emosionalnya kurang terpenuhi. But is this life is only about sex? Have you think about the women side? Penelitian juga mengatakan bahwa jika wanita selingkuh itu lebih karena kurang kebutuhan emosionalnya, dan merasa kesepian. Tapi secara kuantitas, sudah terbukti kalau laki-laki yang lebih banyak selingkuh daripada perempuan. So, it's not only about you guys.. Lagipula laki-laki bisa lebih mudah selingkuh karena bisa lebih beraksi duluan terhadap wanita kan? 

Aku sedih membayangkan jika aku nantinya yang akan ditinggal oleh suami karena ia bertemu wanita yang lebih dariku. Aku ga habis pikir sih, aku kira pernikahan itu janji. Why don't people just be loyal? Toh di penelitian disebutkan selingkuh itu bukan karena bosan akan rutinitas, tapi karena memang mencari kesenangan baru aja. Tapi kenapa sih ngga cari kesenangan baru sama pasangannya aja? Oke! Aku memang belum mengerti karena aku belum menikah, makanya wajar dong kalau aku ngga habis pikir?

Aku berpikir apakah memang itu kodrat laki-laki? Bahkan menikahi lebih dari satu istri diperbolehkan di agamaku. Apakah aku harus meminta suamiku nanti jujur saja apakah dia ingin menikah lagi atau tidak? Daripada dia selingkuh, mending dinikahin aja iya kan? Tapi, apakah aku akan rela dimadu? Jujur aku masih tidak memahami mengapa Tuhan menciptakan jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki. Berarti agar aku adil, aku harusnya memperbolehkan suamiku untuk menikahi wanita lain toh? Kan boleh, asal suami aku adil kan? Mungkin itu mulia, tetapi...apa aku sanggup?

Apakah aku juga nanti akan tergoda untuk selingkuh, jika suamiku tak sesuai harapanku? 

Naudzubillah.. mari luruskan niat. Menikah itu untuk ibadah.

"Young Marriage": Will it be Happy Ending?

Dear all,
so I've been planning on my marriage recently. So, "yay!" for me? Um basically, I've been happy for this, because maybe.. I like challenge. Marriage is a challenge, right? I've been dreaming of getting away from my parents and start a new life with a lifetime partner. Struggling together to build my own kingdom. Sounds like a Disney story right?

Image result for wedding ring photography
(source)

The truth is, I've been facing a dilemma, mostly because of other people judgements. You know, these days, "young marriage" has never been that 'fancy' anymore. People nowdays seems to think more of their career or financial fulfillment before they got married. And they think that people that married young, is a foolish (trust me, I heard one say this kind of thing). They think people that have young marriage is dreaming of a happy ending, and not thinking about the struggle, the sacrifice, and other worst situations.

You know what, I'm aware of that, guys!
Even though I'm more like a Disney girl, I don't dream and think like Disney girl. I know how hard it is to maintain a relationship with someone, who is basically a total different from you (re: a guy). I know how hard it is to maintain your financial needs while you're dreaming of travelling around the world or buying fancy lipsticks. I know how hard it is to keep your head sane while your baby is crying and while you need to get your households done. You know what, I know, I'm aware it. 

I'm an overthinker. And moslty, an overthinker got furious and don't want to get married or run away from getting married (you know I've been reading some articles that says it is definately a manifestation of frustration of marriage thinking). They always think that being married will take your freedom forever. You will have financial struggle, you can not travel freely, it's hard to take higher education, you just can't do what you want and become less happy. Especially for a woman! Well, I don't think about what happy things I do when I've got married, but I think about what I CAN do to be happy when I've got married.

I do not want to judge people who don't get married till 30 or above, I don't want to say that people "delaying" marriage. It's about our choices right? But I also don't want people judge me because I will get married "too early", you think I'm 10 years old? And also it's a same thing about having a child. No one has the right to judge people by their choices. 

So, if you guys ever wondering, here are my reasons to have a "young age marriage":

1. Because he asked!
I could've say no, but I have no reason to say no. You know, being married in my religion is one chance to complete half of my religion. I'm not Anna from Disney Frozen who want to get married when meeting a guy for the first time. Of course I've been through that dilemma. "What if this is the worst choice?"/ "what if he's not the one?". But I have this friend that tells me "nikah itu ibadah". Marriage is a part of worshiping God. As long as your will is to Allah SWT, whatever choice you take will be a good way. Well, he is the first one to ask me to get married, and I'm in a proper age, so... :)

2. Because I'm 23!
I'm not young, I'm old, oh God. How do you supposed to think that you're still young when you're already 1/4 of your lifetime (or maybe 1/3? you never know until when you'll be alive right?). Actually I've already made my lifetime plan, including when will I want to have kids. I'm planning to have my first child in age 25 maximum. By that time I will see my first child graduate college at 47, and maybe watching my first child's wedding at 50. And not mentioning the second child or next! I just don't want to get very old before my children can live alone by theirselves (or with their halal partner). Ok then, BUT..... I didn't set when will I get married. (But of course it has to be before having first child! duh!). So I think this age is a good choice I would take to get married.

Well, I have other personal reasons that I don't need to share. But my point is, I'm not getting married because I want a happy ending. Because marriage is not a goal, but it's a beginning of a process. And it will always be a process until you die. 

#roadtomarriage

Monday, January 2, 2017

Resolusi 2017

Finally, it's here.
Image result for 2017 image
(source)

Sungguh cepat tak terasa tahun ini, 2017, sudah hadir. Oke, aku harap semua akan mengalami hal-hal baik, lebih baik daripada tahun sebelumnya. Kayaknya ini pertama kali aku menulis resolusi awal tahun (kalau gak salah, habis sudah terlalu lama nggak ngeblog). Berdasarkan postingan galau aku sebelumnya, daripada menyesali yang sudah berlalu, lebih baik aku membuat perencanaan kedepannya 

1. Travelling
Baik itu keliling Indonesia, maupun ke luar negeri, aku ingin melakukannya, minimal 1 kali dalam setahun. Meskipun aku anggap itu merupakan jumlah yang sangat minim, tapi aku ingin melakukannya. Sebelum aku mati, aku ingin melihat dunia, itu cita-citaku.

2. Menikah
Hihi. I've been planning this with my partner since 2 years ago. Sekarang tinggal menunggu hitungan bulan, semoga di hari H akan lancar. Aamiin. Anyway aku sedang sangat menikmati masa-masa persiapan pernikahan, menurutku semua adalah hal baru bagiku. Tahu sendiri, aku ini orangnya suka dengan tantangan, dan menurutku persiapan pernikahan ini adalah tantangan yang menyenangkan. Hehe.

3. Memiliki berat tubuh Ideal
Sejak aku menjalani hidup sehat, makan sayur dll serta olahraga, jujur aku ketagihan. Ketagihan karena hidup sehat itu enak. Secara aku merasakan betapa indahnya lemak-lemakku terbakar, aku merasa aku masih setengah jalan untuk mendapatkan bentuk tubuh ideal. Ya, minimal pahanya kayak Ariana Grande gitu deh (lah?) haha. Hidup sehat!

4. Rutin menulis blog
*Peluk terharu untuk Mychocolateshake*. Maaf ya blog, padahal kamu yang suka aku curhatin dengan curhatan-curhatan sampah, tapi kamu yang paling gampang aku lupain. Aku ingin aku lebih rajin menulis blog, minimal 1 postingan 1 minggu (itupun sudah sangat minim). Bismillah!

5. Mengaktifkan kembali Keluarga Bahagia Indonesia
Mungkin beberapa orang ada yang sudah tahu. Aku dan temanku, Hastin, merintis komunitas Keluarga Bahagia Indonesia (KBID). Awalnya kami buat dalam media Sosial Twitter, kemudian kami buat halaman di Facebook. Tapi, itu semua sudah tidak aktif! Semua karena kami mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaan kami. Namun di tengah kesibukanku, aku tak hentinya memikirkan KBID, begitu banyak draft-draft postingan yang aku buat namun tak selesai. Aku ingin lebih banyak mengeluarkan pemikiranku di bidang Parenting & Pernikahan. Oh ya, saat ini KBID sudah ada versi Weebly. Cek di sini.

Lagu ini masih hits di kepala aku seperti zaman-zaman hitsnya lagu Frozen, hehe. Best movie & song in 2016.

Sunday, January 1, 2017

2016 to 2017

Hi bloggers..
Selamat tahun baru 2017! Wish u a best year forward. Jangan salah nulis tanggal ya kedepannya, hehe.

Bagaimana tahun 2016 kamu? Seru? Menyenangkan?
Well, untuk aku tahun 2016 ini: SANGAT-SANGAT tidak berkesan buatku. Yah..mungkin para haters aku akan bilang: dasar makhluk tak bersyukur!
Yasudahlah, yang penting aku bersyukur masih diberikan hidup dari tahun 1994 hingga tahun 2017 ini. 

Jujur aku sebenarnya sangat menyesal di tahun 2016 ini. Banyak keputusan-keputusan yang aku ambil di tahun 2016 yang aku sesali. Banyak juga hal-hal yang aku lakukan yang aku sesali. Serta sangat sedikit hal-hal yang kulakukan yang membuat aku bahagia. Jujur aku lebih banyak menangis di tahun ini daripada tahun-tahun sebelumnya. (Atau yang tahun-tahun sebelumnya sudah aku repress ya? hehe). Di tahun 2016, aku tidak banyak melakukan hal-hal yang bermanfaat. Iya, makanya aku banyak menyesal. Aku juga bahkan tidak banyak melakukan hal-hal yang aku sukai, yang membuat aku bahagia. Aku juga menyesal aku sangat minim bersosialisasi dan menjalin silaturahmi dengan sahabat-sahabatku. Aku bahkan tidak pergi ke mana-mana, hanya diam di rumah, atau pergi mencari hiburan sejenak di Jakarta.

Tahun ini aku mulai menginjakkan kaki di ranah korporat. Iya, menjadi karyawan cukup menyibukkanku. Aku toh bukannya tidak menikmati bekerja. Hanya saja aku menyesali kenapa aku tidak bisa membagi waktuku untuk melakukan hal lain selain bekerja. Hari-hariku hanya dihabiskan untuk pergi bekerja, bekerja, pulang bekerja, sedikit surfing internet, tidur. Hanya itu sebagian besar hari-hariku. Itupun hanya hari-hari di mana aku tidak lembur. Weekend terkadang tidak aku pakai untuk ke mana-mana karena energiku sudah habis, jadi aku malah tertidur. Aku minim bersosialisasi, tidak berorganisasi, bahkan lihatlah postingan blog aku di tahun 2016. Bah, tak banyak yang tertulis.

Sungguh sebenarnya aku iri, dengan isi sosial media teman-temanku. Sepertinya mereka bisa membagi waktu dengan baik. Memiliki social life yang baik, pengembangan diri yang baik, prestasi dan pendidikan yang lancar,  bisnis yang lancar, bahkan melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, dan sebagainya. Kadang aku sampai menghapus aplikasi media sosialku agar aku tidak perlu melihat "kemajuan" itu. Aku iri, dengan teman-teman ku. Apa aku ini begitu pemalas sehingga aku hanya menjadi....aku..? Apa aku kurang beruntung? Atau malah aku kurang bersyukur? Atau.. mungkin niatku yang salah? Mungkin semua jawaban adalah: YA.

Satu kata yang pas untukku di tahun 2016 adalah: Confused.
Jujur sepertinya aku terlalu lama dalam beradaptasi pasca kuliah. Beradaptasi di kantor sih mudah, toh pekerjaannya hanya rutinitas. Tapi beradaptasi dengan kehidupanku yang diiringi dengan ngantor itu yang aku masih belum terbiasa. Belum lagi, sebenarnya aku masih belum bertemu dengan passionku, sehingga aku tidak begitu bersemangat dalam melakukan segala hal yang aku lakukan.

Ah, aku ini, terlalu banyak keinginannya, akupun jadi lebih mudah depresi jika keinginannya tidak tercapai. Tapi jujur, aku rindu, masa-masa berorganisasi dan bersosialisasi dengan teman-teman kuliahku. Aku rindu menyanyi dan mengekpresikan diri di paduan suara. Aku rindu mengabdi kepada masyarakat. Aku rindu membuat kue dan merajut. Aku rindu membuat cerpen dan membuat blog. Aku rindu travelling. Aku rindu bermain game. Aku rindu, menjadi aku yang dulu, yang bebas.

Ah sudahlah, tidak perlu terlalu lama menyesali masa lalu. Pada intinya di postingan ini aku hanya menyesali hal-hal yang aku tidak lakukan sepanjang 364 hari di tahun 2016 ini. Yang penting adalah niatnya. Insyaallah aku akan meluruskan niatku untuk tahun 2017.

Satu quotes yang pantas untuk awal tahun ini:

"Kamu akan lebih menyesali hal-hal yang TIDAK kamu lakukan daripada hal-hal yang kamu lakukan"

So, just do it! *niru gaya Shia Labeouf

Anyway, ini yang aku syukuri di tahun 2016:
1. Memulai hidup sehat untuk menjaga tubuh ideal (rutin makan sayur dan buah dan olahraga) *bagiku ini prestasi (y)
2. Bekerja (sesuai keinginan orangtua), I learn a lot.
3. Bertemu teman-teman baru di kantor.
4. Jalan-Jalan saat pulang kampung & Ke Palembang
5. Mempersiapkan pernikahan (ini sedikit menyibukkan, namun menyenangkan :) ) 
6. Berkesempatan datang ke pernikahan teman-teman dekatku :) (ini juga menyenangkan, karena banyak reuni)
7. (Sedikit) Mendalami dunia kecantikan (make up & skin care), perlukah kadang-kadang jadi beauty blogger? huahaha.

Coming up: My New Year Resolution

Popular Posts