Sunday, July 31, 2016

Siap

Saat aku mengunjungi sebuah kantor perusahaan e-commerce di Indonesia untuk melakukan interview kerja, aku cukup lama menunggu di sebuah ruang tunggu yang menurutku, cukup menginspirasi. Tentu aku tidak bisa menyebutkan tema warna perusahaan tersebut. Di sebuah kursi panjang dengan banyak kandidat lain di sampingku, aku menghadap ke tembok yang penuh dengan pigura berisi pedagang-pedagang sukses yang menginspirasi, sehingga  patut untuk dipajang di tembok itu. Aku terpaku pada satu gambar pria tua memegang hasil usahanya, di bawahnya tertulis kalimat quotes pesan darinya. Aku lupa kalimat depannya, tapi akhirnya bertuliska

 "Orang yang tidak siap miskin, maka dia juga tidak siap kaya."

Intinya begitu. Berhubung aku tidak cukup jelas melihat jauh dengan mata minusku yang bertambah parah ini, quotes itu yang paling menohok yang bisa aku baca dari titik tempat dudukku. Sebenarnya sih, aku ingin ada seseorang yang penting di hidupku membaca quotes itu, karena ia selalu memberitahuku bahwa kemiskinan itu banyak mudharatnya dibandingkan kekayaan. Namun aku sendiri berpikir keras pada diriku, apa sebenarnya aku juga takut miskin?

Sebelum aku menjawab pertanyaanku sendiri, aku setuju bahwa miskin (kadang-kadang terlihat) banyak mudharatnya. Tapi, aku masih berpikir, lebih banyak mana dengan mudharat kekayaan. Kalau yang kebanyakan orang lihat, orang miskin bisa saja mencuri, memalak, atau membunuh untuk mendapatkan harta. Insting manusia lah untuk survive dalam hidup, sehingga orang berusaha sekeras mungkin dengan cara apapun untuk tetap hidup, walaupun dosa.

Tapi betulkah kemiskinan paling banyak mudharatnya? Buktinya, justru orang-orang kaya yang banyak merugikan masyarakat di Indonesia. Orang kaya makin serakah dan makin korupsi, artis-artis kaya memamerkan kekayaan hingga 'penontonnya' jadi konsumtif. Aku percaya apa yang dibilang Uncle Ben-nya spiderman itu benar.

"Great power comes with great responsibility"

Artikan power itu adalah kekayaan. Dengan begitu banyak kekayaan, tentunya tanggung jawabnya begitu besar dengan kekayaan tersebut. Kalau dalam islam, seharusnya sedekah lebih banyak untuk membantu orang-orang yang kurang mampu. Tapi, entahlah apakah orang-orang kaya banyak yang melakukan hal itu atau semua kekayaannya dikonsumsi sendiri. Toh aku gak akan pernah tau, kalau sedekah kan harus diam-diam, iya kan? Intinya kalau gak sedekah, dosa juga.

Kalau dipikir-pikir, miskin dan kaya sama-sama menyeramkan bukan? Jadi, apakah aku takut miskin? Atau apakah aku takut kaya? Intinya aku tetap ingin seperti yang aku tuliskan di blog ku sebelumya, bahwa aku ingin hidup sederhana. Sehingga miskin dan kaya tidak begitu peting. Pada akhirnya aku, semua orang, harus bertanggung jawab dengan apa yang dimiliki. Intinya aku harus selalu bersyukur dengan apa yang kudapat dengan usaha yang wajar dan halal, intinya aku ingin bahagia apa adanya. Aku berharap, idealisme ini bertahan hingga aku bertambah tua dan bisa mengajarkan kesederhanaan pada anak cucuku nanti.

Maaf ya kalau ngablu, malem-malem ngetiknya soalnya, hehe

No comments:

Post a Comment

Popular Posts