Sunday, November 23, 2014

Most Romantic Movie Scenes (My Version)

After i had the saddest movie scenes post. Now i want to share my most romantic movie scenes i've ever watch. No, this do not include Titanic scenes. I'm more like a disney girl than a Titanic one.

1. Pride and Prejudice - "You have bewitched me, my body and soul"
I don't know what to say. Mr. Darcy is such a handsome, shy and aaargh. He had a hard time to tell his love to Elizabeth, but when he came to that, he's so stunning and charming, and whatever he is. Just listen to him. "You have bewitched me, my body and soul." Oh british!

2. Disney Tangled - Flying lantern scenes

I love flying lanterns on the dark sky. This scene is romantic because Flynn is actually make Rapunzell dreams come true, and he even bought (or stole?) a candle for her. The song is also the best of Tangled.

3. 50 First Dates - Ending Scene

50 First Dates is like my favoite romatic comedy movie. It contains such psychological disorder caused by brain damaged, anterograde amnesia. The romantic part is this ending scenes. I mean, how romantic a guy is when you have amnesia and he makes video for you every single day before you even got up in the morning.  

It's all i have for now. I'll post another later :)

Saturday, November 22, 2014

Thank You Facebook

"Yaelah, paling dia inget ultah lo gara-gara liat Facebook."

Itu kata-kata dari salah satu teman saya. Tapi menurut saya, gak apa-apa tuh orang ngucapin ulang tahun gara-gara lihat di facebook. Ya masa satu orang bisa inget sih ulang tahun sebanyak itu temannya. Harusnya malah berterima kasih karena banyak orang yang tahu kalau sedang berulang tahun. Malah baik kan kalau banyak yang mengucapkan dan mendoakan?

Mau terima kasih dulu sama Mark Zuckerberg, pencipta Facebook yang bisa bikin orang diingatkan akan ulang tahun teman, keluarga dan sahabatnya. Lebih mending mana, ingat karena Facebook atau tidak ingat sama sekali? Yang parah itu kalau sudah diingatkan Facebook tapi tetap gak mengucapkan dan gak mendoakan.

Mungkin memang esensi mengingat hari ulang tahun ini jadi sedikit tereduksi karena kecanggihan teknologi. Jaman dulu bahkan gw dan teman-teman sebaya suka mengumpulkan tanggal ulang tahun teman-teman gw di binder atau orji (masih jamannya orji), terus diurutkan selama satu tahun. Tapi, sekarang lebih dimudahkan dengan adanya Facebook atau jejaring sosial lainnya yang memiliki fitur reminder ulang tahun. Harusnya bersyukur dong? Siapa coba yang jaman sekarang masih ngiterin binder buat nyatet tanggal ulang tahun teman sekelas?

#MaapRandom

Tuesday, November 11, 2014

Halo..?


Sebuah telepon genggam berwarna merah tergeletak di bawah bangku peron stasiun. Layarnya menampilkan sebuah wajah seorang perempuan. Telepon genggam itu tak terlihat oleh kerumunan orang di sekitarnya yang panik dengan kejadian yang barusan terjadi. Kerumunan itu semakin banyak membuat telepon genggam tadi semakin terabaikan dan masih mengeluarkan suara “Halo..? Halo..?”
***
Keringat Adira bercucuran seraya ia berjalan menapaki trotoar di bawah matahari yang terik. Hari itu hari yang panas di bulan Oktober. Seharusnya sekarang bermusim hujan, namun udara saat itu entah kenapa masih panas dan lembab. Sudah 3 hari berturut-turut awan tidak mengeluarkan air matanya. Mungkin ini efek global warming. Pikir Adira. Namun cuaca seperti itu tidak menurunkan semangat dan detakan jantungnya yang berdebar-debar untuk segera ke laboratorium komputer di kampusnya.
Adira adalah gadis rantau dari kampungnya di Jogja. Menjadi murid teladan dari SMA-nya, pantas ia diterima menjadi mahasiswi di kampus ternama di Jakarta. Adira menyewa sebuah kamar kost murah dengan kamar mandi bersama, di sekitar kampusnya. Sehari-hari ia berjalan kaki ke kampus, untuk menghemat uangnya yang tidak terlalu banyak. Maklum, anak rantau.
Sesampainya di laboratorium komputer kampusnya, Adira langsung menghampiri komputer paling ujung dan membuka sebuah situs. Hatinya semakin berdebar dan tangannya dingin seraya membuka berita yang akan sangat mengubah hidupnya. Matanya melihat layar komputer dari atas kebawah. Jarinya terus memutar roda pada mouse di tangan kanannya.
Tiba-tiba, sorot mata Adira terpaku diam, jantungnya terasa terhenti, nafasnya terhembus kencang dan matanya mulai basah. Ia tidak lolos pada beasiswa yang ia ajukan. Padahal Adira sangat butuh biaya tambahan, karena Adira berkuliah dengan memakai uang sendiri. Keluarganya mana mampu membiayainya.
Raut wajah Adira sangat lesu, ia kesal sekali. Padahal proses wawancara tujuh hari yang lalu sangat meyakinkan, pewawancaranya terlihat sangat antusias terhadap Adira. Dasar interviewer PHP (pemberi harapan palsu)! Adira membatin. Ia pun pulang berjalan kaki kembali menuju rumah kostnya, melewati trotoar yang terhubung dari kampusya.
Pikirannya kacau, beasiswa mana lagi yang harus ia ajukan. Dana bantuan yang sudah Adira terima hanya cukup membiayai kuliahnya yang itu pun sudah diberi keringanan, namun itu belum cukup untuk membiayai hidupnya. Ah! Kenapa sih aku harus membiayai kuliahku sendiri? Enak sekali orang-orang yang orangtuanya masih bisa membiayainya dan bisa seenaknya menggunakan uangnya untuk membeli makanan dan barang-barang yang diinginkannya. Pikiran Adira kian meracau. Ia tak lagi memperhatikan jalan, hingga akhirnya sesuatu terjadi.
Ciiiiiiitttt......braaakkkkk!!!
Kecelakan. Sebuah kecelakaan sungguhan terjadi di tengah jalan yang Adira lewati. Ia persis berada di trotoar di samping dua motor yang bergeletakan di jalan. Ia melihat seorang perempuan tergeletak di samping motornya, diikuti dengan seorang pria tua yang mulai mencoba berdiri kembali pada motornya. Perempuan yang mungkin merupakan mahasiswi juga seperti Adira, tidak sadarkan diri.
Adira sangat terkejut, jantungnya hampir copot. Belum pernah ia melihat kecelakaan sedekat ini. Saat itu hanya ada dia di trotoar yang melihat kejadian itu. Adira panik, ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Bagaimana ini? Ia bukan dokter yang bisa tahu kondisi si korban perempuan, dan...bagaimana jika ternyata gadis itu... mati?
Tak lama kemudian, beberapa pengendara motor dan mobil yang melihat kecelakaan itu, berhenti untuk menolong kedua korban. Untunglah. Ketegangan Adira berkurang setelah kedua korban telah dibantu orang lain. Adira masih kaku dalam posisinya di trotoar, berusaha untuk tidak terlihat. Ia ingin meneruskan perjalanannya ke rumah kost, namun tiba-tiba ia melihat sesuatu berwarna merah tergeletak di dekat kakinya.
Sebuah telepon genggam. Hp siapa ini? Pikir Adira. Hp itu merupakan Hp kelas atas yang mungkin harganya sekitar lima juta rupiah. Adira menerka siapa pemilik Hp tersebut. Ia melihat sebuah tas jinjing yang terbuka dan berserakan isinya, satu meter dari sang gadis yang menjadi korban. Gadis itu sedang digotong menuju mobil salah satu orang yang mau menolongnya. Mungkin punya gadis itu. Untuk memastikan, Adira melihat korban yang lainnya yaitu si bapak tua, dan melihat ke saku celananya. Ada sedikit bentuk menyembul bentuk telepon genggam dari celana bapak itu. Berarti Hp ini memang milik si gadis korban.
Adira ragu untuk merenggut Hp tersebut, ia takut terlibat apa-apa dalam kecelakaan itu. Dengan tangan yang dingin, akhirnya ia mengambil Hp tersebut dan melihat layar depannya. Benar, gambar seorang perempuan yang mirip gadis korban tadi. Segera, ia melangkah ke arah jalan untuk mengembalikan Hp tersebut.
Baru satu langkah ia menuju kerumunan orang, ia terdiam. Sebuah pikiran baru melayang di benaknya. Hp ini bisa dijual untuk membeli keperluan sehari-hariku. Ha! Mungkin ini balasan karena ia tidak diterima beasiswa. Hp ini masih bagus, dan bisa laku sekitar..mungkin tiga juta!.  
Adira menahan agar ia tidak memunculkan ekspresi apapun itu yang muncul di wajahnya, karena ia tidak tahu apa yang ia rasakan, apakah itu takut, cemas, atau senang. Ia masih berpura-pura menjadi gadis pejalan kaki baik yang tidak sengaja lewat dan tidak berurusan apa-apa dengan kecelakaan itu.
Kerumunan orang semakin berkurang, korban sudah digotong ke mobil dan pergi, mungkin langsung ke rumah sakit. Bapak tua yang tadi menabrak sang gadis korban terlihat baik-baik saja meskipun menahan sakit pada kakinya. Bapak itu cukup panik dan akhirnya mengikuti mobil pembawa badan sang gadis korban ke rumah sakit menggunakan motornya. Jalanan pun kembali sepi.
Adira merasa seperti menonton film, begitu terpaku dan baru sadar bahwa yang ditontonnya sudah berakhir. Apa yang aku lakukan? pikir Adira. Tak ada yang memperhatikan keberadaan Adira. Tangannya masih memegang Hp yang ia pungut tadi, dan sekarang tiba-tiba tangannya gemetar. Badannya lemas, dan tubuhnya mulai muncul keringat dingin. Oh, sial. Apa yang kau lakukan Adira? Sekarang Hp korban kecelakaan ada di tanganmu dan kamu berencana untuk menjualnya? Adira tidak habis pikir. Jantungnya berdegup kencang dan ia merasa seperti akan pingsan.
Adira memusatkan perhatiannya kembali, mengatur nafasnya. Ia teringat kembali mengapa ia tidak jadi mengembalikan Hp tersebut. Akan ia jual Hp itu dan mencukupi kebutuhannya untuk, yah.. mungkin sekitar 3 bulan. Adira sedikit merasa lega dan mulai merencanakan sesuatu. Hari ini ia akan menghapus semua memori dari Hp itu dan besok ia akan menjualnya. Ia pun bergegas kembali ke kamar kostnya, menggendong Hp itu di dalam ranselnya.
Sesampainya di kamar kost, Adira langsung berbaring di kasur dan mulai memejamkan matanya, ia sangat lelah. Ia telah lupa akan kejadian yang baru saja disaksikan dan ia lupa tentang Hp di tasnya. Mata Adira mulai terpejam. Dalam benaknya, ia membayangkan telah mendapatkan beasiswa penuh dari perusahaan yang dia inginkan. Ia punya uang tabungan berlebih dan bisa membeli telepon genggam merek terkenal yang sedang tren. Adira sedang menggenggam Hp barunya itu, lalu Hp tersebut membunyikan nada deringnya...
Adira membuka mata dan mengecek tangannya. Barusan adalah mimpi. Adira bernafas lega dan mencoba untuk tidur kembali. Namun Adira terkejut ketika nada dering di mimpinya berbunyi kembali. Itu nyata. Adira tidak familiar dengan bunyi itu. Ia memang punya Hp, sudah jelek memang, tapi masih bisa berbunyi dan bunyinya..tidak seperti itu. Adira teringat kembali kejadian sebelum ia kembali ke kamar kost. Hp itu! Saking letihnya, tak terpikirkan olehnya untuk mencabut kartu telepon Hp itu. Adira merogoh-rogoh tas mencari Hp itu dan kini sudah ada digenggamannya.
Sebuah foto gadis sebaya Adira disertai nama “Putri” muncul pada layar telepon. Adira panik bukan main karena nada dering itu berisik sekali, ia tau harus segera mengambil tindakan. Segera, ia menekan tombol merah pada Hp tersebut. Nada dering berhenti, Adira menghembuskan nafas lega.
Beberapa detik kemudian, dering telepon tadi berbunyi kembali. Sial. Adira seharusnya mematikan Hp itu, tapi jika dimatikan, kemungkinan akan ada kata sandi yang dipakai untuk menyalakan Hp tersebut. Jika demikian, ia tidak akan bisa menghapus memori Hp itu dan tidak bisa menjualnya tanpa ketahuan. Adira bingung dan panik.
Tiba-tiba ia terbenak sesuatu. Bagaimana jika ia berpura-pura menjadi gadis korban dan menjawab telepon. Ia hanya harus bilang kalau ia sedang sibuk dan tidak bisa dihubungi beberapa waktu. Setelah itu ia akan menghapus memori dan segera menjual Hp itu. Beres! Dengan percaya diri ia mengangkat panggilan tersebut. Suara tangisan perempuan muncul di telinga Adira.
“Ha...Halo..?” kata suara itu memanggil dengan tersedu.
“Ya..halo..” Mendengar suara dibalik telepon, raut wajah Adira berubah. Adira membalas salam dengan penuh tanda tanya.
“Win, aku mau bunuh diri” Terdengar suara isakan yang mengeras di telefon.
“Hah? Kenapa.. umm.. Putri..?” Adira kaget mendengarnya, ia berbicara seakan kenal dengan penelponnya. Rencananya tadi buyar semua. Adira panik, nyawa seseorang akan hilang jika ia salah bicara.
“Winda, aku nggak tahan lagi. Dendi makin kasar, hari ini dia meminta untuk berhubungan lagi. Tapi aku nggak mau. Tapi Dendi malah mukul-mukul aku dan terus memaksa aku, dan aku nggak bisa ngapa-ngapain. Begitu terus setiap hari! Aku nggak kuat, Win. Badanku sakit semua.”
Adira bingung harus mengatakan apa. Ia tidak kenal dengan Putri, si penelepon. Ia cemas, tangannya mulai dingin, berpikir akan melakukan apa. Beberapa detik berlalu, saluran telepon itu tetap hening.
“Halo..? Halo..?? Winda..?” Terdengar suara penelepon makin terisak.
Pada akhirnya Adira memberanikan diri untuk langsung menutup panggilan itu. Tut. Adira bernafas sebentar. Ia menunggu beberapa lama, dan ia lega karena si penelepon tidak menelepon lagi. Mungkin ia berpikir jika yang ditelponnya sedang sibuk. Adira lega. Ia berfikir untuk segera menjual Hp itu hari ini saja. Semakin cepat semakin baik.
Adira berjalan keluar dari kamar kostnya, segera menuju pasar terdekat yang bisa membeli Hp bekas dengan harga yang cukup mahal. Itu tandanya ia harus berjalan kaki dulu ke stasiun kereta api, lalu pergi dengan kereta menuju ke Jakarta. Tidak apa-apa, semakin cepat semakin baik. Pikir Adira yang cukup panik dan sangat berharap telepon tadi tidak berdering lagi. Telepon genggam itu dijejalkan kembali ke tasnya. Adira mulai melangkah ke stasiun kereta terdekat.
Di tengah perjalanannya, telepon genggam itu berdering lagi, membuat Adira kaget dan mempercepat langkah. Adira merasa dering ini terlalu berisik, ia tadi sampai lupa untuk mengecilkan volume Hp tersebut. Sayangnya, ia melewati segerombolan orang-orang yang juga sedang memakai trotoar. Dengan enggan, ia mengorek isi tasnya dan menggenggam Hp itu kembali. Peneleponnnya masih sama. Setelah menghembuskan nafas, Adira mengangkat telepon tersebut.
“Halo..?” kata suara diujung sana.
“Halo..” Adira menjawab dengan enggan. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
“Winda, kenapa tadi diputus?” Suara di telepon terdengar sudah membaik dari pertama kali menelepon. Terdengar lega.
“Maaf, Put. Aku lagi sibuk.” Hanya itu yng bisa dikatakan Adira.
“Oh, maaf. Tapi untungnya saat kamu tutup telepon, Dendi datang dan untungnya aku sempat keluar rumah. Sekarang aku bersembunyi di belakang rumah. Aku harus apa, Winda?” Kata Putri dengan nada bicara cemas. Adira sedikit lega karena si penelepon tidak jadi bunuh diri.
“Um.. kamu harus pergi dari sana, Put. Ya! Pergi.. secepatnya!” Saran yang sangat gampang yang bisa ditemukan di pikiran Adira hanya itu. Ia merasa pintar dan menjadi sangat meyakinkan ketika mengatakannya.
“Aku juga sudah memikirkan itu. Aku nggak kuat lagi!” Jawab orang di telepon. “Aku akan pergi sekarang. Umm..aku akan ke rumahmu ya, Winda.” Detakan jantung Adira sempat terhenti mendengar hal itu. Tapi ia tesadar bahwa si penelepon bukan sedang berbicara padanya, tapi pada Winda. Telepon terputus, Adira lega dan mempercepat langkahnya menuju stasiun.
Stasiun ramai seperti biasa, antrian tiket cukup panjang. Selama mengantri, tak sadar Adira menggoyang-goyangkan kaki karena cemas dan sangat terburu-buru. Ia takut nanti Hp itu berdering lagi di tempat umum seperti ini. Cukup lama waktu berselang, tiket kereta sudah berada di tangan Adira dan ia menunggu di bangku tunggu penumpang yang cukup jauh dari pintu masuk stasiun. Ia mencoba melemaskan dirinya dan bernafas lega.
Beberapa menit berlalu namun kereta tak kunjung tiba, hingga tiba-tiba Hp itu berdering lagi. Aduh.
“Halo..?” Nada suara dari penelepon berubah. Seakan si penelepon tidak pernah menangis sebelumnya.
“Ya.. halo..” Jawab Adira.
“Ini siapa?” Kata orang yang disebut Putri itu, bertanya di telinga Adira. Adira bingung mengapa si penelepon menanyakan itu. Apa jangan-jangan.. aku ketahuan? Dengan spontan, Adira menjawab sesuai dengan apa yang telah ia pelajari. “Ini..Winda..”
“Bohong! Aku tahu kamu bukan Winda!” Tadi aku ke rumah Winda dan katanya Winda sedang di rumah sakit karena kecelakaan. Sekarang aku sedang di stasiun utnuk pergi ke rumah sakit tempat Winda di rawat. Mengakulah kamu!”
Adira buru-buru mematikan panggilan itu. Ia tidak sempat mencerna perkataan si penelepon. Ia menjadi begitu panik. Beberapa detik kemudian, telepon itu berbunyi lagi. Kali ini ia sangat panik karena ia sudah ketahuan. Ia tidak ingin menjawab telepon tersebut, tapi ia ditatap beberapa orang yang sedang menunggu kereta yang sama seperti dia. Adira pun menjwab panggilan telepon itu lagi.
“Halo..? Heh pencuri, jangan kira kamu bisa lari. Aku bisa melacak keberadaan kamu sekarang.” Kata si penelepon, makin terdengar agresif.
“Ini aku kok, Put. Winda.” Adira panik hingga tak terpikir lagi untuk mengatakan apa.
Tiba-tiba suara pengumuman kereta berbunyi.
“Kereta tujuan Jakarta akan segera tiba di jalur dua.” Suara wanita pemberi pengumuman terdengar kencang di tempat tunggu penumpang.
Adira lega, itu keretanya. Dengan spontan ia berjalan mendekati jalur kereta. Tanpa sadar ia masih memegang telepon genggam itu di telinganya. Suara penelepon pun terdengar kembali.
“Aku dengar pengumuman yang sama, pencuri. Berarti kita berada di stasiun yang sama. Sekarang, di mana kamu!”
Adira panik bukan main. Ia menengok ke kanan dan ke kiri, tidak ada orang yang juga sedang memegang telepon genggam. Sekarang Adira  melihat ke seberang rel, ada perempuan yang sedang memegang Hp dan menatap kepadanya. Kereta Adira mulai terlihat kepalanya di ujung stasiun.
Perempuan itu berdiri lebih jauh dari padanya dan lebih jauh daripada pintu masuk stasiun. Itu dia. Adira melepas niatnya untuk menaiki kereta, dan segera mengambil kesempatan untuk keluar dari stasiun. Adira berjalan cepat menuju pintu stasiun yang cukup jauh dari tempatnya duduk tadi. Beberapa kali ia melihat ke arah perempuan tadi, yang kemungkinan adalah Putri si penelepon. Suara kereta mulai berderu kencang memasuki stasiun.
 Ketika Adira berjalan, perempuan itu masih menatapnya dan mulai berjalan ke arahnya. Walaupun berada di peron di seberangnya, Adira semakin berkeringat dingin melihat perempuan itu melangkah kepadanya. Ia mempercepat langkahnya tanpa memperhatikan orang-orang di depannya.
Adira sekarang mulai berlari, sambil terus menengok ke belakang, melihat perempuan itu masih berjalan ke arahnya. Terjadi begitu spontan, Adira menabrak seseorang di depannya. Badannya oleng ke arah jalur kereta, seiring dengan kereta yang sedang berderu memasuki stasiun. Kepala dan badan Adira bergesekan dengan badan kereta yang sedang melaju cepat namun melambat, berusaha berhenti di stasiun. 

Adira terhempas di atas aspal peron kereta, tak sadarkan diri. Darah keluar dari kepala dan badannya. Orang-orang yang sedang berdiri menunggu pintu kereta terbuka, beralih mengerubunginya. Hp yang tadi Adira genggam terlempar tanpa disadari orang-orang yang panik melihat kejadian barusan. Hp itu tergeletak di bawah kursi peron stasiun, jauh dari kerumunan orang, masih menampilkan wajah seorang perempuan dan berbunyi “Halo..? Halo..?”

Tuesday, November 4, 2014

Makalah Rapi (3): Cara Membuat Cover dan Isi Makalah Dalam Satu File

Ceritanya, gw pernah tuh disalahin makalahnya gara-gara di halaman cover paling awal masih ada nomor halamannya. Sejak itu gw jadi memisahkan halaman cover dengan halaman isinya menjadi dua file terpisah. Rempong deh. Padahal, ada caranya lho! Sejak tau caranya, saya jadi tidak perlu memisahkan file cover dan isi, bahkan saya bisa pakai 2 jenis numbering dalam satu file :") *gayaklinik tongfang*. Gimana caranya? Check it out! 

Lihat Juga:
- Makalah Rapi (1): Cara Membuat Daftar Isi Otomatis 
- Makalah Rapi (2): Cara Membuat Daftar Tabel/Figur/Gambar Otomatis


CARA MEMBUAT COVER DAN ISI BERADA DALAM SATU FILE

1. Membuat Page Number pada Halaman-halaman Cover
Untuk membuat halaman, duh pastinya sudah pada khatam dong. Caranya buat dengan Insert, lalu klik page number . Nah kita coba untuk membuat halaman pada cover dan halaman-halaman awal makalah ya seperti daftar isi, kata pengantar dan sebagainya. Biasanya halaman ini menggunakan nomor romawi. Jadi, ketika mengklik page number, ada pilihan "Format Page Numbers". Di situ teman-teman bisa memiih jenis agka yang diinginkan. Mari pilih angka romawi.


2. Menghilangkan page number pada cover halaman pertama saja
Pertama, double klik pada header/ footer (tampilan harus sedang menampulkan header dan footer, jika belum, maka langkah selanjutnya belum bisa dilakukan), lalu klik Design pada menu bar lalu ceklis pada kotak Different first page. Nomor halaman pada cover hilang deh!

 

3. Membuat pemisahan antara halaman cover dan halaman isi
Kalau setelah membuat halaman cover dan nomor halamannya, nanti penomoran halaman pada halaman isinya gimana dong? Bisa kok! Lihat deh gambar di bawah ini. Pada halaman yang atas itu footernya tulisannya "section 1", dan di halaman bawahnya tulisannya "section 2" dan bisa mulai dari halaman 1 lagi. Caranya....


Pada halaman terakhir tempat halaman-halaman awal sebelum masuk ke halaman isi, beri break dengan mengklik page layout pada menu bar. Lalu lihat pada pilihan "Breaks". Pilih pada pilihan section breaks yang "Next Page". Voila! Jadi lah pembagian section 1 yaitu halaman-halaman cover awal, lalu section 2 tempat kamu menulis isi makalah kamu!

4. Membuat page number pada halaman isi
Untuk memulai membuat nomor halaman baru pada halaman isi yang sudah dipisah, caranya adalah. Double klik pada bagian header atau footer, lalu sama ketika membuat nomor halaman yaitu Insert, page number. Klik pada Format Page Numbers, kamu bisa memilih jenis angka seperti angka biasa untuk membedakan dari halaman-halaman cover, dan untuk memulai nomor halaman baru, pastikan pada page numbering terpilih pada "Start at 1"

CATATAN: Kalau kamu mau membuat format numbering berbeda di halaman isi, misalnya mau dibuat berbeda pada hanya halaman yang mengandung judul bab "Bab 1, 2 atau seterusnya". Kamu bisa mainkan pada pemisahan halaman menggunakan breaks. Jadi, sebelum mulai ke halaman yang ada judul BAB 1-nya, kamu buat breaks. Lalu diformat, misalnya pada halaman itu page numbernya ada di tengah. Kemudian pada halaman berikutnya, buat breaks lagi, dan bisa diedit sesuai dengan yang diinginkan. Agar halaman terus berurutan, pilih pilihan Page Numbering pada dialog box seperti di atas, yang Continue from previous section.

Naaah sekarang semuanya jadi deeeh! Format-format udah semua, kalo mau ngasih subbab baru gampang tinggal pencet Heading yang udah di custom. Kalo mau edit daftar isi tinggal update table. OMG Alhamdulillah jadi pas udah mepet deadline tinggal mikir nyelesaiin isi doang ga perlu mikir teknis smele smele! Haha. Semoga bermanfaat yaa. Tulisan sudah berusaha dibuat sesingkat dan sejelas mungkin. Selamat membuat makalah atau uhuk, SKRIPSI yaaa :P 

NB: Kalau ada pertanyaan, ada kesalahan penulisan atau masukan, boleh komen atau hubungi gw personal ya ;)

Makalah Rapi (2): Cara Membuat Daftar Tabel/Figur/Gambar Otomatis

Setelah membuat daftar isi, perlu juga untuk membuat daftr gambar, tabel dan figur-figur yang ada dalam makalah kita nih. Caranya agak sedikit berbeda dengan membuat daftar isi. Silahkan membaca :) 

Lihat Juga:

MEMBUAT DAFTAR GAMBAR/FIGUR/TABEL

1. Insert gambar lalu buat Caption
Untuk membuat daftar gambar, perlu untuk memasukkan gambarnya dulu *yaiyalah. Masukkan gambar yang teman-teman inginkan, kemudian teman-teman klik kanan pada gambar, lalu klik insert caption.



2. Buat label baru (Gambar atau tabel)
Nah secara default di microsoft word, captionnya tertulis Bagan 1, dan seterusnya jika membuat caption pada gambar lain. Untuk membuat label Gambar, klik pada New Label, lalu ketik "Gambar". Nanti label tersebut akan masuk ke pilihan label dan teman-teman bisa memakainya. Jangan lupa  setelah tulisan Gambar (sekian) tulis judul fotonya ya. Ulangi terus pada gambar-gambar lain, akan otomatis terhitung gambar 1, 2, 3 dan seterusnya. Hal ini berlaku juga untuk tabel kok, cuma ubah labelnya jadi "Tabel".


3. Edit hasil caption sesuai keinginan
Default dari ms. Word, warna caption adalah warna biru dan font-nya kecil. Teman-teman bisa edit sesuai keinginan setelah teman-teman buat captionnya. Mengeditnya secara manual, tapi tidak akan merubah daftar isinya nanti kok.

4. Membuat daftar Gambar (dan tabel)!
Sekarang membuat daftar gambar atau tabel. Pada contoh ini gw contohin yang membuat daftar gambar. Letakkan kursor pada halaman yang ingin dibuat daftar gambar, lalu klik Referrences pada menu bar, pilih Insert Table of Figures.


 5. Sesuaikan Table of Figures (TOF) sesuai keinginan
Setelah mengklik TOF, akan muncul kotak dialog seperti ini. Di bagian kiri bawah, bisa kita pilih mau membuat daftar apa, apakah Gambar atau Tabel sesuai dengan caption yang akan kita buat. Nah untuk membuat daftar gambar tabel seperti daftar isi, hilangkan ceklis pada box "Use hyperlinks instead of page numbers". Setelah itu tinggal OK.

16. Daftar Gambar pun jadi!
Bisa teman-teman tambahkan judul sendiri ya :D
CATATAN: Untuk mengupdate daftar gambar/ tabel, beda seperti mengupdate daftar isi. Setelah gw cari, ga ada tuh tombol Update Table of Figure atau semacamnya, atau entah gw yang ga nemu apa gimana. Jadi bisa coba lakukan ulang dari mengklik Insert Table of Figures. Mudah kok, hehe.




NB: Kalau ada pertanyaan, ada kesalahan penulisan atau masukan, boleh komen atau hubungi gw personal ya ;)  

Makalah Rapi (1): Cara Membuat Daftar Isi Otomatis

Haloooo para pembuat makalah!! *anak psiko bergetaar*. Sudah sampai mana bikin makalahnya? Udah jadi? Wait, jangan lupa daftar isi, daftar tabel dan daftar gambarnya ya biar mudah dibaca dan menarik di mata dosen. Apa???? Males bikin daftar isi karena harus bikin titik-titik panjang? Jangan khawatir! Kali ini gw akan membagi tentang cara membuat daftar isi otomatis, plusss, taktik agar cover makalah, daftar isi sampai lampiran bisa berada dalam satu file! Instruksinya mungkin terlihat ribet, tapi sebenarnya mudah kok dan pasti akan puas dengan hasilnya! ;)

Nb: Mohon maaf bagi yang telah melihat postingan ini sebelumnya. Sekarang ketiga cara Makalah Rapi dibagi menjadi 3 post berurutan agar tidak kepanjangan :)

Lihat Juga:
- Makalah Rapi (2): Cara Membuat Daftar Tabel dan Gambar Otomatis
- Makalah Rapi (3): Makalah Rapi: Cara Membuat Cover dan Isi Makalah Dalam Satu File

MEMBUAT DAFTAR ISI OTOMATIS

Oke, anggap saja apa yang berada di daftar isi itu adalah seperti berikut:

Halaman Judul
Daftar isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I Pendahuluan
1.1 subbab
BAB II Tinjauan Pustaka
2.2 Subbab
2.2.2 Subsubab
Lampiran


1. Mengetik semua judul dan subjudul
Dalam membuat daftar isi ini, teman-teman harus mengetik dulu semua judul dan subjudul seperti contoh di atas. Atau setelah makalah selesai total juga bisa.

2. Letakkan kursor di depan judul/subjudul (atau block salah satu judul atau subjudul)
Contohnya, block pada  BAB 1 Pendahuluan.

3. Klik Home pada menu bar --> lalu klik kotak kecil pada Change Styles. Klik kotak kecil tersebut.
Kotak tersebut berada seperti di gambar di bawah ini. Mungkin kecil dan terabaikan, tapi dia ada dan akan membuatmu menyesal mengabaikannya selama ini. *apa sih syak*



4. Pilih jenis Heading
Setelah mengeklik si kotak kecil, akan muncul kotak sebagai di bawah ini. Nah, ada pilihan heading 1, heading 2 dan sebagainya. Pilihan heading ini tergantung dengan pilihan kamu. Biasanya heading 1 itu besar dan bisa jadi judul atau subjudul satu, heading dua lebih kecil dan seterusnya. Kalo gw, heading 1 biasa gw pake buat judul bab, dan heading dua untuk subjudul 1 dan seterusnya.

 
5. Untuk penyesuasian, Klik tanda panah di bawah heading dan klik Modify
Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan pilihan bentuk heading teman-teman. Biasanya default dari microsoft itu headingnya warna biru dan fontnya entah apa. Nah karena biasanya standar di kuliah itu times new roman, warna hitam dan font sekian, maka digantilah sesuai ketentuan makalah teman-teman. Lalu jika teman-teman ingin agar ketentuan seperti ini berlaku terus untuk semua dokumen yang akan teman-teman buat, klik pada bagian bawah "new documents based on this template"


CATATAN: Tulisan BAB 1 dan Pendahuluan terpisah karena enter. Biasanya jika dibuat daftar isi hanya keluar BAB 1 nya saja. Untuk membuat agar di daftar isi tertulis "BAB 1 Pendahuluan", bukan hanya "BAB 1", maka saat ingin menulis Pendahuluan, tekan shift sambil enter lalu ketik Pendahuluan

6. Lakukan hal yang sama di no. 5 pada semua judul dan pada subjudul
Teman-teman bisa melanjutkan membuat heading pada judul lain seperti Kata Pengantar, Abstrak, atau subjudul kayak 1.1 Latar belakang, dan seterusnya, menggunakan heading-heading yang sesuai.

7. Membuat daftar isi
Nah, sekarang cara membuat daftar isi! Letakkan kursor pada halaman yang ingin dibuat Daftar Isi, Klik Referrences pada menu bar, lalu klik Table of Contents. Pilih table of contents (TOC) yang diinginkan. Sebenarnya automatic table 1 dan 2 sama sih, gw masih belum nemu perbedaannya. Tapi entah kenapa gw selalu pake yang nomor 2.

CATATAN: Defaultnya, TOC ini akan mengandung Heading, 1, 2 dan 3. Jadi, mungkin dipertimbangkan lagi dalam pemakaian heading, agar yang diinginkan bisa masuk ke dalam TOC. Mungkin ada penyesuaiannya agar bisa masuk juga heading-heading selanjutnya tapi gw belum pernah coba. Mungkin bisa  di klik pada bagian bawahnya:Insert table of content, dan di situ bisa lihat settingsnya.


8. Beginilah hasil jadi daftar isi!
Bentuknya rapi dan langsung ada halamannya! Nah, kalau ingin mengetik makalah lagi dan halamannya berubah, TOC ini bisa langsung di update halamannya dengan mengklik Update Table, dan klik Update page numbers only. Jika teman-teman bikin judul atau subbab baru, jangan lupa untuk tetapkan headingnya lalu update lagi TOC nya dengan pilihan Update entire Table.


CATATAN: Kadang-kadang ada teks yang tersambung dengan judul bab atau subbab sehingga tiba-tiba ada paragraf yang masuk ke daftar isi. Jangan khawatir, coba block paragraf di bagian isi yang masuk dalam daftar isi, lalu pilih pada si kotak kecil lagi yang Normal, bukan heading. Update table, lalu hilang deh paragrafnya dari daftar isi!


NB: Kalau ada pertanyaan, ada kesalahan penulisan atau masukan, boleh komen atau hubungi gw personal ya ;) Maaf meskipun kayaknya akan slow response, hehe

Popular Posts