Tuesday, October 28, 2014

Kebahagiaan

Kebahagiaan itu mungkin ibarat pakaian, bukan tujuan. - Febrianto Ramadhan

Saya cukup setuju terhadap status dari teman sekampus saya di atas. Kebahagiaan itu bisa jadi merupakan pakaian, yang kita pakai sehari-hari. Bukan hanya sebagai tujuan akhir hidup. Jika kebahagiaan ada di tujuan akhir hidup, selama hidup kita, kita merasakan apa? Sengsara? Kasihan sekali jika hanya merasakan kebahagiaan di ujung usia. Padahal, kita bisa berbahagia setiap hari setiap detiknya. Tersenyum, tertawa, menangis terharu.

#BahagiaItuSederhana

Sesederhana makan coklat kesukaan kita. Sesederhana bertemu dengan orang-orang tersayang atau orang-orang yang asyik. Sesederhana melakukan hobi setiap minggunya. Sesederhana mensyukuri nilai mata pelajaran yang bagus dan menertawai nilai yang jelek. Sesederhana melakukan pekerjaan yang kamu sukai dan belajar yang kamu minati.

#FollowYourPassion

Kenapa ada yang namanya passion atau minat pribadi? Bayangkan, ketika semua orang berlogika bahwa pekerjaan yang menghasilkan banyak uang seperti dokter harus ditekuni, dan semua orang akan menjadi dokter. Tidak ada psikolog, guru, misalnya. Dunia ini penuh dengan dokter, dan semua bertanya "kamu sakit ga?" Dan semua menjawab "enggak".

Allah swt. menciptakan passion yang berbeda-beda pada manusia untuk saling mengisi, saling melengkapi. Dan tentunya untuk berbahagia. Percaya deh, jabatan seperti petugas tiket TOL aja ada orang yang benar-benar passion dengan pekerjaan tersebut. Pernah dengar bapak-bapak petugas TOL yang selalu ramah dengan pengguna TOL? Beliau berbahagia dengan pekerjaannya tersebut. Apalagi kita dong orang yang mungkin mampu untuk melakukan pekerjaan yang lebih..'bergengsi' kalo kata mama.

#DoWhatYouLovenLoveWhatYouDo
*panjang amat

Lakukan apa yang kamu suka dan sukai apa yang kamu kerjakan. Sesederhana itu berbahagia, yang bisa kita pakai sehari-hari, dan bisa membuat kita menebar senyuman setiap hari. 

Berbahagialah. Kamu tidak tahu umur kamu sampai kapan, dan lebih baik mati dalam kondisi bahagia ;)

Thursday, October 23, 2014

Konser GTC Our Pride And Joy dan Gejolak Sebelumnya

Selama terbaring 3 minggu karena sakit, hal yang cukup besar saya pikirin selain harus ngejar pelajaran adalah: Saya kuat ikut konser gak ya. Meskipun ada beberapa orang yang tentu tau kalau saya akhirnya jadi ikut konser ini, tapi saya mau ceritain dulu perjuangan sebelum konser hehe.

GTC Our Pride And Joy 12 Okt 2014 @Erasmus Huis

Sudah hampir setengah tahun ini sejak GTC lomba di NFF, kami latihan untuk konser. Bagi saya pribadi, ini adalah konser independen pertama saya, dan konser pertama di GTC. Di konser ini kami akan membawakan 20 lagu, dan 1 lagu encore. Kami mengadakan 2 show, sore dan malam, di mana setiap show membawakan 21 lagu. Wow, berarti kami akan membawakan 42 lagu :") Saya sangat senang dengan semua lagunya, dan hal ini membuat saya sangat sedih jika saya tidak bisa mengikuti konsernya. Begitu pula dengan perasaan deg-degan, apakah saya akan kuat mengikuti konser tersebut. 

Saya baru keluar rumah sakit hari minggu 28 September 2014. Tapi saya harus tetap di rumah selama 1 minggu, yang berarti saya baru bisa keluar rumah tanggal 6 oktober, Sedangkan konser tanggal 12 Oktober. Saya sudah meminta izin Daniel, pelatih saya bahwa jika saya masih belum kuat, tidak apa-apa jika saya tidak ikut konser. Tapi saya tidak mau! Haha. Jadilah saya di rumah bersabar dan berdoa terus agar segera sembuh dan diberi kekuatan. Pada akhirnya, saat check up terakhir ke RS hari Selasa tanggal 7 Oktober, saya sudah dinyatakan sembuh dengan catatan harus tetap makan-makanan bergizi dan tidak kelelahan. Dan...ternyata Dokter membolehkan saya mengikuti konser!

Setelah keluar dari rumah sakit, ternyata saya belum menjalani hidup dengan tenang. Pas sekali, di minggu saya baru masuk ke kampus itu, adalah minggu terakhir kuliah tengah semester. Jadi, maksudnya adalah minggu depan sudah UTS, dan saya harus mengejar pelajaran. Belum lagi saya harus mengurus surat sakit sesegera mungkin, karena jika sudah tiba UTS, akan lebih susah mengurusnya, bahkan mungkin rekap absen sudah ditutup. Belum lagi, hari Sabtunya ada sidang LPJ K2N, di mana hari Rabu minggu ini saat aku masuk itu adalah deadline pengumpulan LPJ K2N. Dan belum lagi, akhirnya hari minggu adalah hari H konser! Di mana, saya harus mengejar ketinggalan beberapa lagu, karena ternyata ada satu sesi konser (10 lagu) yang tidak menggunakan partitur, sehingga saya harus menghafalkan lagu-lagu tersebut.

Pada saatnya hari jumat, 10 Oktober, saya cukup sibuk mondar-mandir mengurusi hal-hal yang harus saya urusi, karena hari itu sudah end of everything. Hari terakhir ngurus surat, terakhir sebelum UTS, dan K2N dan konser. Di akhir hari Jumat itu saya ke Basecamp GTC untuk mengambil kostum dan latihan tambahan. Walah, kostumnya sempit. Makan tiga kali sehari selama 3 minggu, dan berbaring terus tentu membuat saya makin melebar. Terutama perut saya menjadi buncit pasca operasi usus buntu. Tapi untungnya kostum masih muat.

Pada malam hari itu, saya beristirahat untuk mempersiapkan sidang LPJ K2N keesokan hari. Besok tidak ada latihan konser lagi, karena pelatih saya ingin kami istirahat. Pada malam hari, tiba-tiba perut saya sangat sakiiit sekali sampai tidka bisa tidur. Rasanya seperti dulu sebelum masuk rumah sakit. Dan ketika saya cek, ternyata saya mengeluarkan darah seperti menstruasi, tapi lebih cerah warnanya, seperti darah segar, dan ini juga bukan jadwal saya menstruasi. Waduh aku udah takut pendarahan aja, soalnya hari ini saya kecapekan jalan-jalan terus, dan malamnya telat makan pula. Akhirnya jam 12 malam saya ke rumah sakit, dan ternyata, setelah perawatnya menelpon dokternya, katanya saya cuma "dapet".

Hari Sabtu esoknya, pagi-pagi saya dan ayah ibu saya konsul ke dokter kandungan saya (berasa kayak orang hamil yah). Katanya, harusnya jadwal menstruasi saya di akhir oktober, jadi darah yang keluar ini adalah masih sisa operasi. Agak serem, tapi sebenarnya gak apa-apa, it's a good thing dia keluar. Jadilah saya masih dikasih obat segala macam untuk menghentikan. Katanya saya belum bisa makan terlambat serta makan pedas dan asam. Ibu saya yang bersikeras bahwa saya tidak boleh ikut konser bertanya ke dokter. Namun dokter membolehkan saya konser dengan berkata, "Harusnya kalau seni seperti itu sesuatu yang menyenangkan, bukan? Malah jadi Happy dan bikin cepet sembuh." Aku sih "Yesss" haha. Sepulang dari dokter, saya langsung ke kampus untuk sidang K2N karena masih cukup waktunya. Wah memanglah hidup ini keras, untung akhirnya sidang LPJ berjalan lancar, dan saya bisa menyiapkan persiapan untuk konser besok.

Akhirnya, hari H konser pun tiba. Saya dan GTC berangkat dari pagi ke Erasmus Huis dengan bus bareng-bareng sama tim. Di sana kami langsung dimake up oleh make up artist yang sudah disewa, pakai kostum, langsung gladi resik. Kami harus sudah siap dari jam 2, karena show pertama adalah jam 16.00 sore. Rasanya, deg-degan sekali. Tapi seperti biasa, semakin berjalan lagunya, semakin santai. Tapi mulai lagu ke 5, sudah mulai agak pegal kakinya, dan malah jadi deg-degan lagi karena takut pingsan atau jatoh haha. Di show kedua, meskipun sudah istirahat, tetap saja masih pegal kakinya. Sempat merasa pingin menyerah karena takut tiba-tiba ambruk. Sebenarnya aku juga agak deg-degan karena sempat cenut-cenut gitu perutnya. Tapi aku optimis saja (azik). Akhirnya dua show pun berakhir. Ini dia teman-teman aku yang nonton di show pertama, dan keluargaku yang nonton di show kedua.

My Highschool Friends

My College Friends

My Family

Kalau diperhatiin, itu sebeneranya perut saya buncit sekali
Capek banget parah ternyata haha. Kaki saya sampai besoknya juga masih pegal. But it's the best thing i've ever done! Love the song, love the dress, love the make up. Love the audience! Memang penantian, kesabaran dan keiklhasan akan dibalas oleh Allah swt. Ok see you next time ;)


Song of the Day: Dua lagu favorit saya di konser (based on hasil di konser) hehe.

Friday, October 10, 2014

World Mental Health Day: Are You Really Healthy?

Halo. Pernahkah kamu merasa frustrasi, stress, tidak percaya diri, atau depresi? Kapan pernah terpikirkan olehmu untuk datang ke psikolog? Atau klinik konseling? Atau sekedar mengambil tes psikologis? Tidak pernah? Kenapa? Takut dikira gila? Takut dibilang sok stress, sok depresi? Malu diolok orang lain?

Stigma itu masih ada di sebagian besar orang di saat ini. Orang merasa bahwa jika kesehatan mental terganggu, maka ia akan berbeda dengan orang normal lainnya. Ia akan dicap gila, dikucilkan, atau diolok. Padahal, kesehatan mental itu sama dengan kesehatan fisik, dan tidak dapat dipisahkan. Orang tidak bisa dikatakan sehat walapun ia memiliki mental yang sehat namun fisik yang tidak sehat, begitu pula sebaliknya. 

Pada zaman dahulu, orang-orang dengan gangguan jiwa disebut memiliki penyakit atau kerasukan setan. Maka, masyarakat zaman dahulu berusaha menghindar dari orang-orang yang mengalami gangguan jiwa tersebut dengan mengasingkan orang-orang tersebut ke suatu tempat terpencil yang jauh. Mereka diperlakukan layaknya binatang, tidak terawat, diberi makan dan minum seadanya, bahkan disiksa.

Tapi itu dulu. Sudah banyak sekarang ilmu yang mempelajari tentang manusia. Psikologi, psikiatrik, neuropsikologi, dan psi psi lainnya. Gangguan berat seperti schizophrenia, autism, hingga hal yang dianggap sepele seperti stress, kurang percaya diri, hal-hal seperti ini ya merupakan sebuah ketidaksehatan mental. Tenang, SEMUA manusia itu memiliki kesempatan untuk mengalami sakit mental kok. Baik dari yang berat maupun yang ringan. Sama saja seperti kesempatan untuk mendapatkan sakit fisik. Seperti flu, sakit mental juga butuh diobati.

Mengapa orang begitu malu jika ia mengatakan bahwa dirinya akan ke klinik konseling tapi tidak begitu malu, bahkan bangga ketika dirinya bolak balik ke dokter untuk pengecekan kesehatan? Mengapa orang begitu dipedulikan ketika ia terbaring di rumah sakit umum karena suatu penyakit, atau hasil operasi, tapi orang lain diperolok karena ia terbaring di rumah sakit jiwa? Hey, mereka sama-sama sakit, tapi kenapa perlakukan kepada mereka berbeda? Mereka juga manusia, justru orang-orang dengan 'sakit jiwa' lebih butuh kehadiran kita, butuh dukungan kita, butuh semangat kita, butuh kita untuk tertawa. Justru hal itu yang menyembuhkannya :)

Cobalah, untuk mengerti bahwa kesehatan itu mencakup dua aspek yaitu mental dan fisik. Jangan hanya bangga bahwa kita sehat fisik, tapi padahal kita terganggu dan penuh tekanan di sini *nunjuk kepala*. Jangan ragu untuk berkunjung ke konselor atau psikolog. Be sure you are REALLY HEALTHY :)

So, mulai dari mana? Dari sini..


There's no health without mental health

HAPPY WORLD MENTAL HEALTH DAY :D 

*it's kinda latepost. Been draft since 2013, after i got that sticker.

Popular Posts