Monday, September 29, 2014

Sakit (Part 1)

Hai, mau share aja pengalamanku masuk rumah sakit. Mungkin buat yang mau persiapan buat operasi atau rawat inap bisa baca-baca aja biar.....siap? hehe. Cerita ini ditulis sekedar untuk dokumentasi kenangan bagi penulis.

Selasa, 14 September 2014
Lebam, lebam di mana mana. Ini awalnya aku mengeluhkan sakitku ke orang tuaku. Masa iya, dari seminggu yang lalu, ada lebam di kaki dan di tangan yang setiap hari bertambah satu. Sekarang hari Selasa 14 September dan sudah ada sekitar 8 lebam. Besoknya, aku memeriksakan diri ke dokter di RS terdekat di daerah Depok. Dokter umum menyarankan untuk cek darah. Setelah cek darah, terlihat bahwa Trombosit aku memang turun, menjadi 100.000 dari yang normalnya 150.000. Dokter umum menyarankan aku untuk rawat inap dan diobservasi lebih lanjut, karena takut ada pendarahan di bagian dalam tubuh. dokter umum terlihat sangat yakin kalau aku bukan terkena demam berdarah karena aku ga demam. Aku pun menelepon mamaku, karena aku gak bisa mengambil keputusan yang berkaitan dengan administrasi dan asuransi, karena aku belum berpenghasilan sendiri. Akhirnya hari itu hari Rabu 15 september, mama pulang dari kantor, menyiapkan baju untuk rawat inap, lalu kembali lagi ke rumah sakit di Depok tersebut.

Aku masih terlihat segar dan lalala jalan-jalan tapi terus masuk ke ruangan dan dipasang infus. Dari detik ini kayaknya aku mulai takut sama jarum karena sakit dan aku sampai nangis. Lalu aku diantar ke ruang inap pakai kurai roda segala. Di kamar, aku gabisa ngapa-ngapain. Ini pertama kalinya aku di infus dan rawat inap. Engga sih, kata papa aku pernah di infus dan rawat inap waktu umur 1,5 tahun karena diare dan disentri, tapi aku ga ingat sama sekali ketidakberdayaan aku itu. Di sini anehnya aku merasa biasa aja, bahkan tadinya habis ke dokter mau langsung masuk kelas di kampusku.

Perawat melakukan cek darah lagi dan aku telah dirujuk ke dokter internis di RS tersebut. Aku bertemu dengan dokter spesialis internis pada malam hari sekali dan dokternya bilang bahwa aku negatif ada virus. Dokter juga bilang kalau trombositku semakin turun yaitu menjadi 98.000, maka aku bilang kalau aku disarankan untuk konsultasi pada dokter hematologi, ahli darah, karena kemungkinan aku ada kelainan darah seperti anemia atau pendarahan. Baiklah, cukup lama memutuskan ke mana kami akan pergi karena rumah saya jauh dari rumah sakit bagus. Akhirnya kami memilih yang memang cukup terjangkau jaraknya dan bisa ditemui secepat mungkin, yaitu ada pada hari kamis 16 september.

Ohya, pada dini hari sekitar jam 3, aku kebelet pipis. Biasanya aku menggeret tiang infus sampai kamar mandi. Tp karena rodanya itu sudah agak- agak ngadat, aku langsung ambil kantung infusnya. Nah di kamar mandi, entah aku miringkan atau gimana, jadinya salah aliran, malah darah aku yang tersedot ke selang infus. Masih sedikit sih tapi aku panik dan ngeri gitu melihatnya haha. Malam itu aku ditemani oleh eyang aku, aku langsung panik membangunkan eyang aku dan meminta dipanggilkan suster, dan tiba-tiba aku merasa pusing, lemas dan gelap. Saat itu sepertinya aku pingsan, karena aku baru sadar bahwa aku tiduran di lantai dengan pipi yang menyentuh lantai. Aku bangun, merasa keliyengan, telinga berdengung, dan aneh kok pipi kiriku sakit ya. Tapi aku masih kuat buat naik ke tempat tidur sendiri dan nanya ke eyang, apakah sudah memanggil suster atau belum. Saat itu eyang sedang mengaitkan infusku ke tiang. Suster pun segera datang dan ternyata selang infusku copot, dan suster memasagnya kembali. Darah aku berceceran gara-gara saat itu arusnya sedang terbalik. Serem ya? Kata susternya darahnya ga termasuk banyak kok keluarnya, tapi aku liat sih lantainya sedikit merah dan sprei putih kasurku terlihat berdarah, hehe.

Rabu, 15 September 2014
Setelah menyelesaikan administrasi, kami pergi ke sebuah rumah sakit di Jakarta. Pada saat sebelum ke sana, kami disarankan untuk langsung ke emergency. Di emergency, saya dipasangin selang infus lagi meski belum di alirkan infusnya. Aku nangis lagi, haha. Di sana aku dicek darah. Jika trombositku naik, aku akan pulang. Jika turun maka harus rawat inap lagi. Setelah menunggu, akhirnya terdapat hasil bahwa trombositku naik menjadi 130.000, meski kadar Hemoglobinku sejumlah 9,5 darinyang seharusnya minimal 11. Kami pun pulang, namun besok perlu ke RS lagi untuk melihat hasil cek darah yang lebih lengkap. Kami sudah bertemu dengan dokter hematolognya dan menyarankan untuk cek darah lagi dan bertemu dengan beliau keesokan hari.

Jumat, 18 September 2014
Pagi ini saya bangun tidur, dan segera ke kamar mandi karena ingin buang air kecil dan besar. Maklum, aku masih sakit perut dan susah buang air besar. Di atas toilet, tiba-tiba aku merasa lemas dan mataku menggelap. Aku langsung memanggil ayah dan ibuku. Saat itu saya sudah tidak sadar dan baru sadar ketika berada di gendongan ayah saya ke kasur. Saya pingsan lagi dan badan saya pucat dan dingin.

Sore ini saya cek darah lagi ke RS. Cek darahnya itu lebih lengkap dari yang sebelumnya hanya melihat Hb, leukosit, trombosit dan semacamnya. Ada kadar Fe dan macam-macamnya lagi. Setelah hasil lab sudah ada, saya membuat janji konsultasi kepada dokter lagi. Setelah menunggu antrian, akhirnya kami masuk dan dokter mengatakan bahwa kadar zat besiku rendah, yaitu nominal 15 dari yang seharusnya minimal 50. Akhirnya aku dirujuk ke ruang emergency dan diberikan infus sebanyak 1 kantung zat besi, entah berapa mililiter, selama 2 jam. Yak, kali ini aku gak nangis, karena infusnya berada di atas telapak tangan sehingga tidak begitu terasa, meski terasa mengganggu. Malam itu kami pulang, alhamdulillah taku tidak dirawat di RS. Besok kami harus ke RS lagi untuk cek darah lengkap dan melakukan USG abdomen (perut) full sesuai dengan perintah dokter.

Sabtu, 17 september 2014
Saya dan ayah saya ke RS lagi untuk melakukan USG. Ini pertama kalinya aku di USG. Kayak orang hamil aja ya, dingin-dingin gitu, ruangannya juga dingin, untung gak nemu kepala bayi di dalem perut wkwk. Kami menunggu hasil USG dan semua terlihat normal kecuali bentuk hepar (hati) agak menebal dan ada cairan bebas yang berada di luar usus. I wonder what that is. 

(source)
Sayangnya, konsultasi dengan dokter baru akan dijalankan lagi senin, 21 september. Jadi sampai hari minggu aku akan tetap di rumah. Mamaku yang panik dan jago masak, ngasih makan aku pake ati sapi dan ayam, sama jus bit biar trombosit aku naik. Yah semoga saja aku sudah sembuh dan gak harus dirawat lagi. Masa udah ada 3 lubang infus aja ini di tangan, hehe.

(Bersambung)

No comments:

Post a Comment

Popular Posts