Monday, May 19, 2014

Resensi: The Cuckoo's Calling - Robert Galbraith



Penulis            : Robert Galbraith (alias)
Alih bahasa     : Siska Yuanita
Halaman         : 520
Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama

Buku ini berkisah tentang seorang detektif partikelir bernama Cormoran Strike yang mendapatkan kasus untuk menyelidiki sebab kematian seorang model cantik yang sedang melejit karirnya, Lula Landry. Semua berita dan polisi telah meyakinkan bahwa kejadiannya sebagai perilaku bunuh diri yang dilakukan Lula dengan menjatuhkan diri ke tanah bersalju dari balkon apartemennya di Mayfair, London. Sudah 3 bulan kasus tersebut berlalu, namun tiba-tiba kakak tiri Lula, John Bristow mendatangi detektif Strike karena ia tidak memercayai hal tersebut dan merasa bahwa Lula dibunuh oleh seseorang. Pada awalnya, Strike tidak tertarik dengan kasus tersebut, namun karena ternyata Lula dan Bristow merupakan saudara dari temn baiknya dulu, Charlie, kakak Lula yang saat kecil mati terjatuh dari jurang saat naik sepeda, demi itulah Strike bersedia menyelidiki kasus ini. Selain itu, Strike juga sedang mengalami masalah ekonomi, dan tawaran mendapatkan bayaran dobel menariknya dalam menyelidiki kasus ini.

Tokoh Cormoran Strike merupakan seorang veteran yang mengalami luka fisik maupun batin. Ia telah kehilangan satu kakinya dalam peperangan dan harus berjalan pada kaki palsu sehari-harinya. Mantan pacarnya yang ternyata seseorang yang mengalami gangguan psikologis, masih menghantuinya. Ia tahu, semakin lama ia mendalami kasus ini, semakin dalam ia hanyut dalam masa lalu, dan semakin banyak bahaya yang mengancam nyawanya. Dalam menyelidiki kasus Lula, Strike mempekerjakan seorang sekretaris temporer bernama Robin, wanita muda yang sudah bertunangan. Awalnya ia tidak yakin dengan keputusannya menyewa sekretaris, karena pegawainya yang dulu hanya mampu bertahan sebentar. Namun, semakin jauh ia bekerja dengan Robin, Strike semakin terpukau dengan kemampuannya yang efektif dan idenya yang brilian. Bersama Robin, ia sangat terbantu dalam penyelidikan kasus ini, dan bahkan Robin pernah menyelamatkan nyawanya. Namun, jangan berharap hubungan mereka akan berlanjut ke perselingkuhan.

Setelah berkarir dalam dunia fiksi fantasi dengan novel Harry Potter, J.K Rowling melebarkan sayapnya dengan berkarya dengan buku bertema isu politik, konflik, dan perebutan kekuasaan, yaitu The Casual Vacancy. Tidak berhenti sampai ke sana, J.K Rowling kemudian menelurkan kembali karyanya, kali ini dengan tema kriminal dan detektif, namun diterbitkan dengan nama alias Robert Galbraith pada tahun 2013.

Dengan menciptakan seorang tokoh baru yang menyandingi Sherlock Holmes ataupun Hercule Poirot, Rowling sekali lagi berhasil keluar dari Zona amannya sebagai penulis fantasi. Kemampuan J.K. Rowling dalam merangkai kalimat dan menggambarkan perasaan, suasanya, kejadian, memang sudah tidak diragukan lagi. Rowling dapat membuat novel yang terdiri dari 5 bagian ini terasa sangat hidup dengan perasaan-perasaan kompleks manusia dan adegan yang menegangkan. Ketika sudah sampai pada suatu kesimpulan tertentu, ada perasaan tersendiri yang membuat pembaca terkagum. Bagi yang mungkin kurang menyukai crime fiction, mungkin akan merasa bosan dengan alurnya yang sangat lambat, karena Rowling begitu detail dalam menjelaskan adegan dan menghubungkan cerita.

J.K Rowling dapat menggambarkan perasaan, emosi dan pikiran dengan sunggh memukau. Pembaca dapat mendalami sifat manusia dan perasaannya. Kesakitan batin  Strike akibat dicampakkan oleh tunangannya, pikiran Strike tentang masalah keuangan, gambaran kejadian pembunuhan, pernyataan saksi-saksi kasus, semua dapat digambarkan dengan mengesankan. Sama dengan novel sebelumnya, Harry Potter dan juga The Casual Vacancy, pembaca dapat melihat karakter J.K. Rowling yang detail dan out of the box dalam setiap kalimatnya.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts