Tuesday, January 28, 2014

Horor: Cerita Orang Bodoh

Halo! Selamat liburan, hehe. Di liburan panjang ini, entah kenapa gw lagi suka banget nonton film horor/ thrill gitu. Pokoknya udah sering terpapar horor deh, biasanya nontonnya di channel Thrill. Di tengah liburan Thrill gw ini, adik gw memperkenalkan gw kepada sebuah game PC namanya Outlast. Game ini horor abeees. Namun, karena gw sudah gak ngegame lagi, dan tidak berani pula mainnya saking horornya, gw nonton walkthroughnya aja di youtube, cari deh "PewDiePie Outlast Walkthrough".

Singkat saja sih. Outlast ini ceritanya tentang seorang jurnalis yang berusaha mencari kebenaran di sebuah Asylum (tempat orang-orang yang dianggap gila) yang ternyata dalam Asylum tersebut telah terjadi eksperimen untuk suatu hal yang supranatural. Sisanya baca/ nonton sendiri ya hehe. Ini game keren banget sebenernya tapi horor banget, hehe.

Nah, di postingan ini gw ga pingin ngebahas game itu, tapi mau ngebahas tentang horor. Jadi, gw lagi ngobrol sama teman gw tentang game ini. Trus gw bilang kalo misalnya gw sebel banget kenapa si jurnalisnya itu mengunjungi Asylum itu pas malam hari, padahal kan bisa siang hari. Terus dari situ  terjadilah percakapan semacam ini:

Gw: Kenapa sih dia gak ngunjunginnya pagi-pagi aja gitu? Kan masih terang..
Teman: Kalo pagi-pagi gak jadi game horor
Gw: Tapi kan secara logika itu bego banget gitu. Film horor juga gitu, pemeran utamanya suka bego gitu keluar malem-malem, sok-sok berani ngecek rumah hantu, padahal lagi malem-malem. Jadinya dia dikejar-kejar deh, udah gitu temen-temennya jadi mati, padahal dia yang salah.
Teman: Tapi kalo gak ada pemeran utama yang bego itu, gak ada yang namanya film horor.
 
Jadi intinya, film horor itu ada, karena kebodohan pemeran utamanya. Sekian.

Ohya, yang mau nonton Walkthroughnya Outlast, atau paling engga, ngerti mainnya, coba liat video berikut. Gak serem kok soalnya ada si pemainnya, si PewDiePie. Dia itu youtuber yang lucu banget, ngelawak sambil main game horor (atau main game horor sambil ngelawak?). Pokoknya kocak!


Ini gw kasih link aja soalnya front image videonya serem banget, ngejelekin blog gw aja, nanti ga ada yang baca, haha. Selamat menonton!

NB: Gak usah pake headset,  terus volumenya setengah aja. :P

Friday, January 24, 2014

My January: In The Age 20

Kalau tahun lalu gw ngepost Not My January, tahun ini gw ngepost My January, karena alhamdulillah, awal tahun ini cukup melunaskan banyak harapan gw di tahun lalu :) Senang rasanya karena rasanya gw udah bisa belajar dari tahun-tahun lalu, untuk menyeimbangkan antara harapan gw dengan usaha gw, dan hasilnya worth it :)

Mungkin ini tumben-tumbennya gw gak ngepost di tanggal 5 Januari ya, di mana gw berulang tahun. Tahun ini, gw memiliki kepala dua di usia gw :"). Sekarang gw berusia 20. Dulu waktu kecil, gw merasa yang musti dipangil tante/om itu ya mulai dari yang usianya ada angka 2 di depannya. Berarti gw semacam mengkonfirmasi bahwa gw sudah cocok dipanggil tante. Gapapa, gapapa, gw udah sering dipanggil 'ibu' kok. Emang muka gw yang boros kali ya, haha.

Waktu ulang tahun kemarin, banyak ucapan yang gw terima. Gak sedikit juga yang nanya, "gimana rasanya jadi 20?" Waktu tengah malem tanggal 5 kemarin sih beneran gak kerasa apa-apa, kirain bakal dapet super power gitu (yakali). Tapi, sekarang ini, gw merasa kalo emang ada sedikit beban yang terasa pada diri gw. Gw sadar banget sekarang gw sedih kalo misalnya ditanya, "kuliah tingkat berapa?", pengeen banget gw jawab, "tingkat 1 tante", tapi skrg gw dengan senyum setulusnya menjawab "udah tingkat 3, tante, hehe". Terus gw juga sedih, pas ngisi-ngisi form atau semacamnya gitu, pas klik/ketik kolom usia, udah bukan yang depannya 1, tapi 2. :"). Gapapa sih, tapi entah kenapa baru kerasa, kalo perubahan usia ini cukup signifikan dibandingkan perubahan usia dari 16 ke 17 tahun.
(source)
Kalo di Psikologi pun, kata Erik Erikson, usia 20 sudah masuk masa Intimacy vs. Isolation. Makanya biasanya disebut usia nikah karena salah satu bentuk Intimacy adalah kepada pasangan. Buat yang belum tau, jangan bokep dulu ya, Intimacy tuh maksudnya kedekatan dalam hubungan interpersonal, karena Erikson membahas tentang perkembangan Psikososial. Haha.

Anyway, beban yg gw maksud tadi itu adalah beban kedewasaan, karena usia ini sudah memasuki dewasa muda, kata buku Psikologi Perkembangan. Gw merasa udah gak bisa manja-manja unyu lagi sama papa mama (harusnya), gw merasa harus sudah berpenghasilan sendiri, gw merasa harus mulai mencari pasangan (lah), gw merasa harus mandiri dalam segala hal, gw merasa... ah.. banyak merasa harus ini itu. Banyak kegelisahannya.

Emang anaknya kalo mikir suka berlebihan gitu, tapi sebenernya hasil buah pikir itu kadang-kadang menyenangkan dan memotivasi. Dari segala ketakutan-ketakutan gw itu, gw malah muncul banyak ide dan rencana pencapaian untuk ke depan, entah kenapa gw lebih bisa melihat masa depan gw sediit lebih jelas. Kayaknya gw emang sering banget ngesengajain menunda untuk memikirkan masa depan. Iya, gw saat ini excited, melihat catatan-catatan gw akan rencana gw. Mungkin didukung juga dengan momen tahun baru (untungnya ultah deket tahun baru ya) sehingga cukup semangat untuk membuat perubahan di tahun ini.

Jadi, dari renungan-renungan gw, gw punya saran, kalau kamu memiliki ketakutan-ketakutan seperti yang gw miliki, jadikan itu bahan pembuatan rencana dan tujuan hidup ya, bukan sebagai penghalang untuk jalan, untuk semakin maju, semakin dewasa :) #asik. Semoga, apa yang emang gw dan teman-teman sekalian rencanakan, gak hanya wacana dan kotoran banteng, tapi bisa menjadi batu-batu loncatan untuk mencapai cita-cita paling akhir: hidup bahagia dan masuk surga :) Aamiin.

"Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan."

Lagu lama, tapi gw lagi terekspos terus dengan lagu ini, karena baru-baru ini ikut nyanyi-nyanyi lagi :D. Cerita lagu ini tuh hampir sama dengan pengalaman gw memikirkan usia 20. Ceritanya Miley deg-degan baru masuk USA, tapi terus udah relaks karena musik-musik, ya atau semacam itu. Sekarang gw juga seperti sudah rileks dengan usia gw karena gw sudah mulai punya rencana-rencana untuk ke depannya :) Bismillah!

Thursday, January 23, 2014

Bertemu Mualaf

Siang ini aku ke kampus untuk mengurusi sesuatu dan bertemu dengan temanku. Aku menunggu di mushalla gedung H Psiko, sambil membaca novel yang sudah lama belum kuselesaikan. Tiba-tiba ada seorang perempuan muda dan cantik, cukup muda untuk masih dipanggil kakak, ditambah juga gayanya yang cukup 'muda' dengan gamis dan hijab model modern. Ia tersenyum kepadaku sambil masuk mushalla, dan aku membalas senyumannya. Kemudian ia menanyakan namaku, kami berkenalan sebelum ia bertanya kepadaku,

"Sudah sholat belum?"
Aku yang dari tadi baca buku tidak sadar kalau sudah pukul 15.30. Jadi, dengan menahan malu, aku jawab belum. Kemudian kakak itu melanjutkan,
"Boleh imamin aku nggak? Aku baru masuk Islam nih, hehe." Kata kakak itu.

Aku pun kaget dan dengan spontan hanya bilang, "Wah, boleh, boleh! Sebentar aku wudhu dulu ya."

Kemudian aku berwudhu dan masuk kembali ke mushalla, mencari sepasang mukena dari persediaan mukena mushalla. Untuk menghindari keheningan, akupun berbasa-basi.
"Sudah berapa lama masuk Islam kak?"
"Oh, aku sudah sejak 6 bulan yang lalu."
Aku hanya bisa tersenyum dan mengatakan, "Alhamdulillah.."

Aku kemudian mengajaknya sholat. Cukup malu karena aku mengenakan mukena yang kurang matching dari persediaan di mushalla, sedangkan kakak itu sudah siap dari tadi dengan mukena pinknya yang ia keluarkan dari tas. Malu.

"Aku harus berdiri di sebelah mana?" kakak itu bertanya, dan sepertinya memang belum mengerti.
"Oh, di sebelah kanan aku, kak." Kebetulan kami hanya berdua dan aku dipercaya sebagai imam. Kemudian aku melanjutkan.

"Kakak tau qamat/ iqamah?" Aku bertanya seperti itu karena memang sudah kebiasaan jika berjamah, orang yang paling kanan menyerukan iqamah. Kakak itu terlihat bingung dan malu dengan tersenyum dan menutupi setengah wajahnya dengan mukenanya.

"Allahuakbar, allahuakbar, asyhaduallaa ilaahailallaah..." Aku mengawali iqamah itu sambil memandangnya, manatahu sekalian bisa mengajari kakak itu. Kemudian wajah kakak itu berubah cerah dan ternyata ia sudah mengetahui seruan iqamah.

"Ooh, itu namanya qamat." Sambil tersenyum ia melanjutkan seruan qamat, cukup lancar walaupun beberapa kali harus aku lanjutkan karena sedikit lupa. Kemudian kami sholat Ashar berjamaah.

Setelah selesai, ia langsung bilang, "terima kasih yaa." kepadaku sebelum kami berdoa masing-masing. Aku terharu, haha. Padahal biasa aja jadi imam. Setelah itu, kami membereskan mukena kami masing-masing. Kakak itu terlihat masih belum ingin meninggalkan mushalla, aku pun masih harus menunggu temanku. Jadi, aku berbasa-basi lagi.

"Kakak siapa yang ngajarin kak?" Maksud aku adalah yang mengajari Islam, Qur'an, bacaan shalat dan sebagainya.
"Mm saat ini aku diajarin tiga orang sih, salah satunya adalah dosen Psiko yang emang suka ngajarin dosen baca Qur'an." Aku tidak mengenali orang bahkan nama dosen tersebut, sehingga aku lupa ketika kakak itu menyebutkan nama dosennya.

Kakak itu sangat asik, ia memang ceria dan bersemangat dan banyak bercerita. Jadi, sore itu ia sedang akan menghadap dosen pembimbing disertasinya. Dia S3 sekarang, kami sedikit membahas mengenai kehidupan S3, karena aku juga tertarik untuk mendalami ilmu Psikologi sampai jenjang tinggi. Kemudian ia juga banyak bercerita mengenai pengalaman beragamanya. (baru tau kan ada pengalaman beragama, hehe)

"Aku dulu sempat Hindu dan Katolik. Lebih lama di katolik sih. Jadi, keluarga aku kan memang beragam, dari Islam sampai Konghuchu juga ada. Kami itu diajarkan untuk bebas memilih agama, asal kami tahu dan menghayati esensi dari memeluk agama itu. Bener deh, kalau misalnya kamu lahir dalam keluarga seperti itu, pasti kamu akan bingung."

Benar, beruntungnya sekarang aku sudah dari keluarga Islam, dan memang diajarkan Islam, seharusnya aku bisa lebih mendalami dan menghayati Islam. Namun, aku berkata kepada kakak itu bahwa, bahkan aku baru benar-benar menghayati agamaku sendiri itu saat akhir-akhir SMA hingga awal kuliah.

Kakak itu bercerita juga bagaimana saat-sata ia berada di Hindu.
"Waktu itu aku beribadah kan (ia menyatukan telapak tangannya, sambil menunduk-menunduk), katanya agama itu kan seharusnya menjadi rumah bagi pemeluknya, tapi saat itu, aku tidak merasa di rumah, i don't feel like i'm home." Ia berkata seperti itu, sedikit berbahasa Inggris yang fasih, karena ia bercerita bahwa ia juga sering keluar negeri.

Agama adalah rumah. Ya, seharusnya memang terasa seperti itu dan aku merasakannya kok, tapi toh sekarang paling sering dianggap kalo agama hanya sebagai ritual kan ya, biar dapet pahala dan terhindar dari dosa.

Kemudian ia juga bercerita ketika ia di katolik
"Saat itu aku di Jerman dan mendengar ibadah di gerejanya itu khidmat sekali, dan saat itu aku merasakan ketentaraman, dan membuat aku akhirnya di Katolik. Tapi tetap saja aku masih belum mengerti, apalagi jika baca-baca bibel, seperti itu, seperti masih ada yang kurang."

Setelah itu ia menceritakan pengalamannya ketika ia akan masuk Islam.
"Saat aku di sini itu, aku dibacain al-qur'an, dan saat itu aku nangis, dan ya, aku merasakan 'rumah' itu. Baru deh mulai perlahan- lahan aku belajar sholat, jadi aku tuh lucu, aku masih Kristen tapi tuh sholat juga, ke gereja juga, kacau deh, haha." Ia bercerita sambil tertawa.

Ia menangis mendengarkan bacaan Qur'an, ya Allah. Kemudian aku melihat jilbabnya yang rapi dan aku bertanya apakah setelah itu ia langsung memakai hijab atau perlu waktu lagi. Kemudian ia bercerita lagi.

"Jadi waktu itu aku bertanya pada dosen aku itu, apakah aku harus memakai jilbab. Terus aku langsung dikasih ayatnya coba di alqur'an, terus karena aku sudah baca, jadinya sudah tau, kan gak bisa menolak juga, akhirnya aku biasakan pakai jilbab."

Nah, sudah tau perintahnya, sudah tau kebenarannya, dan langsung dijalankan, ga nunggu yang macem-macem lagi, subhanallah. Kemudian kakak itu bercerita banyak lagi, tapi aku hanya ingat beberapa.

"Dulu aku kan penyanyi gereja gitu, haha, sekarang kalau aku mendengar nyanyian itu (kakak itu memasang tampang bahwa ia ingin ikut menyanyi), enggak, enggak, gue tau apa artinya itu, jadi enggak ikut nyanyi. Haha." Kakak itu bercerita terus mengenai pengalamannya.

"Aku kan ikut tuh waktu bulan puasa kemarin, aku mencoba puasa juga karena aku tahu katanya itu dapat memperbaiki metabolisme tubuh ya. Aku dikenalin juga yang namanya puasa senin-kamis kan, terus waktu itu aku dikasih tahu juga, 'Ada lho yang namanya puasa Daud, jadi sehari puasa, sehari engga.', terus aku langsung 'gue mau coba itu!'." Kata kakak itu, sambil pura-pura menunjuk-nunjuk ketika ia berkata memilih puasa Daud. Bahkan saat itu ia berkata bahwa ia sedang melaksanakan puasa Daud. Subhanallah.

Kemudian aku bertanya, "Oh, kakak udah dari bulan puasa kemarin ya, berarti sempat ikut lebaran dan Idul Adha kemarin dong kak?"

"Oh, aku tuh sebenernya dari dulu sudah merayakan semuanya, kayak aku ikut lebaran iya, natal iya, yah gitu deh, maklum kan keluargaku. Tapi tahun kemarin, entah kenapa kayak berbeda gitu. Biasanya saat natal kami merayakan dengan saudara saya yang kristen, tapi natal kemarin tuh kebetulan banget mereka sedang ke luar negeri, jadi aku ga merasakan natal sama sekali. Aku merasa kayak memang sudah diarahkan ketika aku sudah masuk Islam." Kakak itu berbicara seakan benar-benar berusaha untuk meyakinkanku.

Lalu kakak itu pun banyak bercerita lagi, mengenai sejarah Islam yang ia pelajari, mengenai bagaimana sebenarnya ia belum terlalu memaknai gerakan-gerakan shalat, dan sebagainya.

Sampai pada saatnya aku sudah harus pergi dan kakak itu juga. Tapi aku ingin masih bisa berhubungan dengan kakak itu, maka aku beranikan untuk meminta kontaknya yang bisa dihubungi, kemudian ia memberikan nomor HPnya dengan serta merta, dan kami bertukar kontak. Kami pun berpisah, namun semoga masih bisa berhubungan lagi di lain waktu.

Jujur baru pertama kali ini aku berinteraksi dengan orang yang baru pertama kali masuk Islam (Mualaf). Malu dan juga bersyukur sih kalau aku. Well, hikmahnya diambil masing-masing saja ya, semoga dengan merenungi ini, selanjutnya kita bisa lebih meningkatkan kualitas beragama kita. :)

Tuesday, January 21, 2014

Rempong

Pernah gak sih ngalamin masa-masa rempong.
Di mana tanganmu yang satu berusaha mencabut pisau yang tersangkut di bawah rusuk.
Tangan yang satu lagi berusaha menangkap kembali harga diri yang seketika beterbangan.
Rempong beut.

Saturday, January 18, 2014

Resensi Buku - Sidney Sheldon - The Doomsday Conspiracy

Judul Buku: The Doomsday Conspiracy (Konspirsi Hari Kiamat)
Pengarang: Sidney Sheldon
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman : 544

Gw lagi suka buku crime ficiton, khususnya punya Sidney Sheldon ini. Tapi gw ga nyangka kalo buku ini jadi agak fantasy, hehe. Anyway, buku ini mengisahkan tentang Letkol Robert Bellamy, seseorang yang digambarkan ganteng dan bertubuh bagus yang merupakan angkatan laut, memiliki istri yang cantik bernama Susan. Ia tiba-tiba ditugaskan oleh Badan Intelejen Angkatan Laut untuk mengidentifikasi nama-nama saksi dari jatuhnya balon cuaca milik NATO. Kata jendral yang memberikan tugasnya, dalam balon raksasa tersebut terdapat peralatan militer eksperimental dan terjaga kerahasiaanya sehingga para saksi itu diharapkan tidak menyebarkan beritanya.

Pada saat ia bertugas dan bertemu dengan saksi mata, sesuatu yang mengganjal terjadi di mana saksi yang ia temukan selalu menyebut bahwa saat itu mereka tidak melihat balon cuaca jatuh, tetapi sebuah pesawat, piring terbang (UFO) tepatnya, dengan dua mayat..alien, di dalamnya. Alien itu bermata biru besar, yang jaraknya renggang satu sama lain, bertubuh kurus dan berkepala besar. Kursi dalam piring terbang itu ada tiga, namun jasad alien tersebut ada dua.

Sementara di bagian lain dari Swiss, seorang wanita cantik berkeliling Swiss, menunggu hujan kedua yang datang karena ia tidak bisa memakan makanan manusia, hanya air hujan yang pernah dirasakannya. Dia adalah Graceful One, yang telah menyalin bentuk manusia untuk bentuk tubuhnya. Ia memegang sebuah komunikator yang memiliki bagian yang hilang. Kapal Induk yang melayang diatas bumi pun masih menunggu Graceful One mengirim sinyal.

Buku ini menceritakan setiap detail bagaimana Robert Bellamy mencari satu persatu saksi mata yang merupakan peserta tur bus di swiss, yang ternyata berubah menjadi bencana karena orang yang menugaskan Bellamy mengkhianatinya. Bellamy dikatakan hanya disuruh untuk menyebutkan nama-nama saksi agar mereka tutup mulut mengenai apa yang mereka lihat, namun nyatanya mereka dibunuh, dan setelah semua saksi ditemukan, Bellamy lah yang menjadi target terakhirnya. Pengejaran Bellamy pun menjadi sangat seru karena Bellamy ini ceritanya pintar dalam melarikan diri. Hingga akhirnya Bellamy bertemu dengan Graceful One sebab Bellamy menggenggam kristal yang terpisah dari alat komunikasi yang dipegang Graceful One. 

Nyatanya tiga tahun yang lalu, alien berhubungan dengan pemerintah amerika. Alien itu melakukan permusyawarhan terhadap pemerintah bahwa industri di bumi akan menghancurkan planet bumi sendiri. Sebenarnya agak aneh aja tiba-tiba di buku sidney sheldon ada alien, tapi keren juga, di akhir ada bagian Sheldon bercerita mengenai tinjauan literaturnya mengenai setengah referensi yang membuktikan bahwa alien itu ada dan setengah refensi membuktikan bahwa alien itu tidak ada. Kalau di cerita ini mereka percaya bahwa alien itu merupakan tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itu sebenarnya berpikir, dibuktikan dari eksperimen musik, dan cahaya. Yang gw suka sebenarnya adalah, why bother alien memperingati kita manusia karena ulah kita sendiri. Bahkan alienya sendiri yang bilang kalau "Jangan membunuh planetmu sendiri". Malu aja gitu, haha.

Friday, January 17, 2014

Tips to be Happy

Kalo udah masuk Psikologi, agak nyebelin kalo misalnya kamu ngeluh-ngeluh lagi sedih, lagi frustrasi dan sebagainya. Soalnya, kalo kamu curhat ke orang, khusunya yang non Psikologi, pasti dibilang "ah, lu kan anak Psikologi, masa...." Ya plis, gw sama lu sama-sama makan nasi kan, sama-sama pake baju kan, sama-sama nginjek tanah kan. Yaudah, terus kalo misalnya kayak gitu, biasanya sih gw sendiri bikin 'penyembuhan diri sendiri' misalnya katarsis, kayak nyanyi, foto-foto, melakukan toleransi-toleransi (lha..), dansebagainya. Well, prok-prok dulu lah buat diri sendiri, buat kalian semua yang sudah berhasil 'menyembuhkan diri sendiri' ketika dalam masa-masa sulit, hehe.

Ketika gw lagi dalam masa-masa sulit, gw selalu mikir, apa yang lagi 'defisit' di dalam diri gw ketika gw sedang dalam masa-masa itu. Kemudian dari pengalaman mikir gw itu, (iya, anaknya gabisa berhenti mikir), gw mencatat beberapa hal yang rasanya gw temukan sebagai akar masalah, di mana hal itulah yang gw rasa sedang kurang dari dalam diri, dan membuat gw tidak bisa berfikir jernih dan membuat hal-hal negatif terus tumbuh. Maka, semoga hal-hal berikut ini bisa menjadi tips untuk tetap happy, dengan menjaga agar hal-hal ini tetap ada dan tumbuh pada dirimu :)

(source)

1. Bersyukur
Menurut gw, ini yang paling sering dilupakan oleh umat manusia, termasuk gw. Terkadang kita sedih, kesal, karena kita gagal, atau karena kita tidak punya apa yang orang lain punya. Kita iri, kita merasa kurang. Coba sekali-sekali menengok ke bawah. Masih banyak lho yang lebih susah dari kita. Kita hanya sekali gagal di ujung, masih banyak yang dari awal sudah gagal. Kita merasa kurang cantik, kurang eksis, kurang tajir, masih banyak yang gak mikirin itu sama sekali karena fokus cari makan. Percaya deh, sekali kita mencoba untuk bersyukur, apa yang kita rasa kurang itu akan bisa hilang dari pikiran kita. Dan tentunya akan jadi lebih happy, hehe :)

2. Ikhlas
Nah setelah bersyukur, kita mungkin perlu untuk ikhlas. Gausah bilang "Iya, gw bersyukur kok.......tapi...." Nah, kalo pake 'tapi' itu namanya belum ikhlas. Terkadang memang perlu sekali-kali kita merelakan suatu hal yang kita ingin dapatkan. Hey, you can't always get what you want, right? Allah itu ngasihnya apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Kalau kecewa tidak mendapatkan apa yang diharapkan, mungkin memang kamu belum butuh itu sekarang? Atau mungkin usahamu kurang sehingga Allah ingin melihat usahamu lagi untuk mendapatkannya? Who knows? Just be happy and continue your life :)

3. Memberi
Mungkin ketika sedih, murung, atau bete, ketika senyum itu sulit sekali, sekalipun cara-cara kayak yang pernah gw posting di sini, sudah dilakukan. Ini cara baru yang pernah gw lakukan yang ternyata cukup manjur, yaitu adalah "memberi". Ya, sesuatu yang dari kita, dan kepada orang lain. Apa yang diberi ini bisa beraneka ragam, mulai dari benda fisik, bahkan hanya ucapan semangat, atau pelukan (tentunya sama yang mahramnya ya). Kenapa bisa? Coba ketika kamu diberikan sesuatu, kamu bisa menjadi senang dan kemudian tersenyum, kan? Nah, kalau kamu bisa memberi kepada orang lain secara langsung, kemudian kamu melihat orang itu senang dan tersenyum atas pemberianmu, senyuman itulah yang akan menilar ke kamu dan bisa membuat dirimu lebih postif. Iya, senyum itu lebih menular daripada HIV :)

4. Senyum
Nah sekali lagi gw sebut mengenai senyum di sini, karena gw sudah sangat percaya bahwa tersenyum itu memang bisa untuk membuat kita lebih bahagia. Mungkin memang ketika dalam kondisi buruk, senyum itu terasa berat sekali. Tapi, ada banyak cara di mana kamu bisa tersenyum, seperti yang sudah pernah saya kasih tau caranya seperti foto-foto, atau 'memberi' seperti yang di poin nomor 3 post ini, akan membantu kamu untuk tetap tersenyum. Semacam ada hubungan timbal balik, jika kamu bahagia, maka kamu tersenyum, jika kamu tersenyum, maka kamu bahagia. Jadi, tersenyumlah :)

Well, saat ini baru ada 4 poin itu di catatan gw. Nanti kalau ada tambahan, akan ada post berikutnya ;) Selamat berbahagia!

Song of the Day: Bruno Mars - Treasure 

Pretty girl, pretty girl, pretty girl, you should be smiling
A girl like you should never looks so blue

Sunday, January 12, 2014

Do Everything by Writing

Hari ini saya berkesempatan untuk menghadiri sebuah workshop penulisan yang di adakah oleh Forum Lingkar Pena (FLP) Jakarta. Workshop ini diadakan di Ruang Penghargaan Museum Mandiri di Jakarta Kota. Dari depok saya hanya tinggal naik KRL sampai stasiun Jakarta Kota, lalu menyebrang jalan. Gak 'hanya' sih, jauh juga ternyata.

Dengan tema "Do Everything by Writing", dalam workshop ini hadirlah dua orang penulis ternama Indonesia yaitu Gol A Gong penulis novel Balada si Roy, dan juga Ahmad Fuadi penulis bestseller Negeri 5 Menara. Banyak sekali hal yang didapat dari pembicaraan yang dipandu oleh dua moderator dari pengurus FLP ini. Salah satu yang saya dapat adalah motivasi untuk menulis postingan ini saat ini, dan juga draft-draft yang belum saya publish karena kemalasan saya untuk merapikan tulisan saya, hehe.

(source)
Saya ingin sekali, memiliki profesi di bidang yang saya tekuni selama 3 tahun ini yaitu Psikologi. Namun, selain itu saya juga ingin memiliki profesi sampingan, sebagai penyaluran dari isi hati, cerminan masa lalu, tumpahan imajinasi, yaitu menjadi seorang penulis. MC dari workshop penulisan ini berkata bahwa ia bergabung ke FLP karena ia jenuh, dengan kuliahnya di akuntansi. Maka ia menjadikan menulis ini menjadi sarana katarsisnya. Bisa juga.

Pada dasarnya di acara ini, semangat saya untuk menulis cukup tergugah (semoga terus bertahan, hehe). Di sini saya mendapatkan beberapa tips menulis. Secara pribadi, 'penyakit' saya dalam menulis itu adalah malas, tidak pede. Seringkali muncul ide, tapi tidak dicatat, ide dihapus, atau tidak dilanjutkan. Padahal, kalau kata mas Ahmad Fuadi "Jangan menghentikan air bah kata-kata". Seharusnya jika punya ide dicatat. Jika belum selesai, jangan dihapus. Kalau dihapus, ide itu akan hilang selamanya. Begitu pula "Jangan kebanyakan menghapus." Menghapus itu kerjaannya editor. Pekerjaan penulis adalah menulis sebanyak mungkin, terus mengalir.

Kemudian saya juga mendapatkan pesan bahwa selama ini saya selalu bekerja sendiri. Menulis sendiri. Saya tidak banyak melibatkan orang-orang terdekat saya. Tidak banyak meminta feedback atau mencari ide dengan mereka. Kata mas Gol A Gong "Tidak ada yang pernah sendiri dalam mengejar kesuksesan, selain Allah, pasti ada orang-orang terdekat". Belum lagi ditambahkan, bahwa kemampuan menulis itu anugerah, dan "Jika punya anugerah, jangan disimpan untuk diri sendiri."

Kemudian, seorang penulis itu haruslah banyak membaca buku. Saya sendiri suka malas baca buku karena saya pembaca yang lambat, dan akhirnya saya mudah menyerah dalam membaca buku. Saya juga sulit menyisihkan waktu untuk membaca buku, meski sekarang saya masih aktif membaca buku, tapi hal ini mengakibatkan buku yang saya baca masih sedikit. Padahal membaca dapat memperkaya penulis. Penulis itu membaca segalanya! Bahkan bagian belakang produk kemasan juga harus dibaca. Papan peraturan dijalan harus dibaca! Penulis juga harus keliling dunia! Traveling, membuka wawasan. Penulis itu membuka wawasan bagi pembaca, maka dirinya juga harus luas wawacannya. Ya, semoga saya sendiri punya banyak rejeki untuk melakukan traveling, hehe. Aamiin.

Selain itu, kesalahan saya dalam menulis itu adalah "moody". Saya selalu menunggu ada ide yang muncul. Saya jarang sekali membuat outline sebuah cerita. Dan hal ini membuat karya saya selalu tidak selesai, karena bingung apa lagi yang harus dilanjutkan. Padahal, outline merupakan kunci penting dalam membuat karya. Dalam mebuat karya, perlu jelas dulu 5W 1H nya, agar karya tersebut bisa selesai.

Pada akhirnya, saya tergugah karena dengan menulis itu kita bisa melakukan segalanya. Menulis itu membukaan jendela baru bagi pembacanya. Baik itu isinya pengalaman pribadi, imajinasi fiksi, dongeng, resensi, dan sebagainya. Kamu juga bisa katarsis, mengaktualisasikan diri, olahraga jari mungkin. Yes, you can do everything by writing!.

Well, semoga dengan mencatat apa yang saya dapat ini bisa terus mengingatkan saya untuk terus semangat menulis. Semoga tulisan saya ini juga membuka wawasan teman-teman untuk tetap semangat menulis! Semangat! ;)

Wednesday, January 8, 2014

Tentang Stigma Autisme: Institution Visit, Youth for Autism

Hari ini saya berkesempatan mengunjungi acara Institution Visit, dari Youth for Autism, sebuah gerakan yang bergerak dalam pro terhadap anak dengan gangguan spktrum autis. Institution Visit ini merupakan rangkaian acara Youth for Autism, di mana tahun-tahun sebelumnya pernah ada gelakan Walk for Autism, ke Bundaran HI kalau tidak salah. Saat itu saya tidak berkesempatan mengikuti gerakannya, padahal seru sekali bisa jalan-jalan dan mengenal dengan anak penyandang autis.

Anyway, Institution Visit ini tentu diadakan di sebuah institusi, yakni Sekolah Mandiga (Mandiri dan Bahagia), sebuah sekolah anak-anak penyandag spektrum autisme yang berlokasi di Jl. Puri Mutiara 14 Cipete, Jakarta Selatan. Saya ke sana dengan angkutan umum biru M20 dari Ciganjur hingga Jl. Raya Ragunan, lalu meneruskan dengan angkot merah S11 ke arah lebak bulus. Angkot merah ini melewati persis di depan Sekolah Mandiga.

Sekolahnya bagus, memang seperti rumah orang biasa namun dihiasi dengan ruang-ruang kelas. Sekolah ini salah satu pendirinya adalah Mbak Adriana, salah satu bakal calon Dekan Psiko UI 2014, yang sekarang menjadi salah satu Wakil Dekan Psiko UI. Mungkin kapan-kapan bisa magang di sini, hehe.

Kenapa saya tertarik dengan anak autis? Saya bukan tertarik dengan (hanya) anak autis, tapi saya tertarik dengan disabilitas. Mungkin jika mendengar kata disable, banyak yang menantang "hayo, apa bedanya dengan impairment?". Singkat dari saya sih, impairment merupakan bahasa inggris dari kerusakan. Jadi memang ada suatu bagian yang rusak pada seseorang. Nah, biasanya impairment inilah yang menyebabkan disabilitas atau ketidakmampuan. Misalnya seseorang dengan kerusakan pada telinga, maka dia memiliki disabiitas dalam mendengar.

Anak-anak dengan spektrum autis ini mengalami disabilitas. Maka, kita perlu untuk tidak memandang dengan sebelah mata, anak-anak penyandang autis ini. Bantulah jika kamu menemukannya sebagai orang asing maupun keluargamu. Serta jangan lupa bersyukur memiliki jiwa dan raga yang normal, memiliki sanak saudara yang normal.

Mungkin kamu sering mendengar autis itu anak yang sukanya main sendiri, seakan punya dunia sendiri, makanya kamu suka mengatai teman kamu yang misalnya suka main gadget sendiri atau sibuk sendiri  dengan autis. Hati-hati kawan, menjadi anak penyandang autis itu berat lho (Pemateri Youth For Autism, 2014). Ketika kamu sudah mengetahui, sekarang tidak lagi kamu sembarangan memakai kata autis ya? :)

Popular Posts