Wednesday, October 31, 2012

Di Matamu

(source)
Di matamu, aku melihat langit biru
Yang dengan tulus memeluk cita-citamu
Terbang melewati me-ji-ku-hi-bi-ni-u

Di matamu, aku melihat malam
Gelap, kadang mencekam
Tapi tak membuat takut untuk tenggelam

Di matamu, aku melihat bintang
Terang menusuk tajam bagai pedang
Hangat, namun jauh dipandang

Di matamu, aku melihat hujan
Dengan angin dan petir bersamaan
Dingin, namun terasa nyaman

Di matamu, aku melihat jurang
Dalam, kering, dan melintang
Yang memisahkan dua kubu perang

Di matamu, aku melihat keyakinan
Atas semua yang kamu harapkan
Dan yang orang-orang itu percayakan

Di matamu, aku melihat dunia
Dari punyaku, dunia itu berbeda
Dan mungkin tak akan bisa menjadi sama

Sebanyak itu yang aku lihat di matamu
Apakah kamu melihat balik ke mataku?
Yang dapat kamu lihat di mataku, hanyalah kamu


Song of the Day:  Beyonce - Love on Top
Sedang sangat terngiang dengan lagu ini, karena lagu ini sungguh benar-benar sangat menantang sekali banget untuk dinyanyikan, whooop love it! :D

Thursday, October 25, 2012

Motivasi Eksternal

Gagal, mungkin bisa menggambarkan aku di setengah semester ini.
Semua salah diri sendiri yang memang usahanya tak sebesar dulu.
Tanyakan kenapa, aku juga tidak begitu mengerti.
Yang aku tahu, ternyata selama ini motivasiku berasal dari diri sendiri.
Dan untuk alasan yang masih tidak dapat dijelaskan, motivasi itu melemah.
Sepertinya aku tahu apa yang kubutuhkan: motivasi eksternal.
Namun setelah kucoba, ternyata sulit juga mencarinya.
Tapi mungkin aku bisa memaksakan sedikit.
Sudikah kau menjadi motivasi eksternalku?

Song of the Day: Regina Spektor - The Call (OST Narnia Prince of Caspian)
Sudah berkali-kali nonton Narnia Prince Caspian dan merasa senang sekaligus mengeluarkan air mata saat mendengar lagu ini, tapi entah kenapa ga pernah berinisiatif mencari lagunya. Akhirnya saat sedang diskusi bareng teman, ternyata ia juga suka lagu ini dan punya MP3nya. Makasiih Nadya :)

 I'll come back, when you call me
No need to say goodbye..

Wednesday, October 24, 2012

Senang dan Sedih: Kuota Kebahagiaan

Entah kenapa, saya percaya banget kalo orang bilang "jangan ketawa terus, nanti akhir2nya nangis loh" "nanti kalo paginya kesenengan, malemnya sedih loh." Awalnya emang ga percaya, tapi entah kenapa selalu terjadi di hidup saya. Bukan sugesti, bahkan saya gak sadar setelah menelusuri ulang apa yang terjadi seharian. Misalnya, saya sedih, banget saat malam hari, lalu saya mengingat kembali apa yang saya lakukan seharian, ternyata seharian itu saya lagi seneng banget. Karena kejadian seperti itu sering sekali terjadi, saya jadi berasumsi bahwa kita, well, ada teori yang mungkin bisa menjelaskan hal itu.

(source)
Habis senang lalu sedih, jika pagi sedih, maka nantinya akan senang. Hal ini entah kenapa selalu terjadi untuk saya sendiri. Nah, menurut saya, hal ini terjadi karena dua teori (yang gw cari-cari sendiri, hehe). Ya, ini cuma ocehan saya saya. Boleh didengerin, boleh engga. Boleh percaya, boleh engga. Hehe.

Yang pertama, saya menyebutnya teori batas. Sebenarnya teori ini ada di psikologi tapi saya lupa sebutan kerennya apa (._.). Kinda tip of the tounge. Jadi dalam teori ini, saya menganggap bahwa kondisi emosi manusia itu seperti garis vertikal. Jika manusia senang, ia berada pada batas atas, dan ketika sedih, ia berada pada batas bawah. Nah, kondisi ini menentukan besar kecilnya manusia bereaksi terhadap apa yang kemudian datang. Misalnya, ketika ia sedang dalam kondisi senang cukup di atas, ketika ia mendapatkan suatu yang well, bisa disebut kurang membahagiakan. Ia akan 'jatuh' dari posisinya, dan saat itupun ia sedih.

Semakin tinggi ia berada, semakin parah juga nantinya ia akan merasakan sedih. Tapi apabila ia tidak merasakan terlalu senang, ketika ia bertemu suatu hal, ia tidak terlalu merasa sedih. Jadi jika dalam fenomena yang saya sebutkan tadi, ketika orang sudah terlalu bahagia di awal, ketika ia sedikit menemukan sesuatu yang sedih atau mengecewakan, ia akan sangat sedih. Begitu pula sebaliknya. Jika awalnya ia sangat sedih, maka ia akan lebih mudah untuk menjadi jauh lebih senang. Maka hati-hati dalam memposisikan diri, lebih baik tidak jauh-jauh dari batas tengah, sehingga tidak mengalami lonjakan-lonjakan emosi.

Yang kedua, saya menyebutnya teori kuota kebahagiaan. Jadi, saya menganggap bahwa setiap orang diberikan kuota kebahagiaan masing-masing. Allah menciptakan di dunia ini berpasang-pasangan. Laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, kanan dan kiri, begitu juga dengan senang dan sedih, bangga dan kecewa. Allah menciptakan keseimbangan di dunia ini dengan adanya pasangan tersebut.

Dalam hal senang dan sedih, tentu Allah pasti ingin hambanya berbahagia, tapi, Allah juga ingin hambanya selalu ingat padaNya, ingat pada kematian yang menunggunya. Makanya kadang kita diberikan kesedihan. Kalau kita sedih, kita selalu memikirkan banyak hal kan? Maka dari itu, Allah memberikan kita semacam kuota kebahagiaan, agar kemudian hambaNya teringat bahwa ia harus mensyukuri apa yang telah membuatnya senang dan bahagia, dan memohon ampun atau bersabar ketika dalam kondisi yang sedih. Agar hidup ini seimbang. Hidup gak bisa datar-datar aja dong. Hehe.

Bukan berarti Allah ingin membuat hambaNya menderita dengan memberikan kesedihan. Siapa bilang sedih itu bukan berarti tidak bahagia. Sedih itu tanda kuatnya iman. Takut mati, merasa berbuat dosa.  Asal seidhnya bukan karena hal-hal yang sangat duniawi, misalnya putus pacar, atau apa gitu. Justru orang beriman yang bersedih, itu disampingnya ada malaikat yang menemani, menenangkannya. Bahagia bukan, ditemani malaikat? Hehe.

Yah, segini saja ocehan saya. Maaf kalau random banget. See you ;)

Wednesday, October 17, 2012

Tentang Harapan

Akhirnya, ter-refresh lagi otak saya yang telah kusut dan mengeras selama awal semester ini. Di semester 3 ini, entah kenapa rasanya gabut banget di kelas, padahal harusnya sih engga, cari mati banget buat ujian nanti. Ada yang salah dengan saya di semester ini. Dulu saat semester 1, saya cukup rajin dan takut banget yang namanya bolos kelas. Total saya absen kelas itu cuma 1x dalam 1 semester. Kalo sekarang, rasanya jatah bolos 3x itu harus dipakai tiap mata kuliah. Demotivasi sepertinya, tapi masih sulit juga menemukan akarnya dari mana. Kalo yang saya temukan di google sih ada 5 Hal Penyebab Demotivasi. Hmm, mungkin juga sih. Yah, saya berharap saya kembali menjadi saya yang dulu lagi, secepatnya.

Ok, tiba2 ditengah itu semua, ada publikasi tentang UI Book Festival 2012, acara tahunan FIB UI. Kali ini ada talkshow yang membahas mengenai "The Amazing World of Fiction Harry Potter". Ah, novel favoritku. Dan senangnya, waktunya tepat sekali di waktu kosong saya antara 2 matkul yang berjarak 3,5 jam. Karena saya percaya bahwa kebetulan seperti itu adalah takdir, maka saya merasa harus datang ke acara tersebut, semoga sih acaranya seru..

Saya hadir bersama teman saya, Tari, sesama penggemar karya J.K. Rowling. Dan, acaranya memang seru! Cukup mengingatkan kembali bagaimana perasaan-perasaan yang muncul ketika membaca rangkaian novel Harry Potter. Memang, J.K. Rowling itu penulis yang hebat sekali, selain bisa membangkitkan fantasi dan imajinasi, beliau juga bisa membangkitkan emosi yang beragam dengan tulisannya. Semoga saya bisa jadi penulis hebat kayak beliau yaa :D 


"We've stuck with Harry Potter until the very end." - kang Hadi dari @IndoHarryPotter, 2012 

Bener kang, and it's not ended yet! It will still alive in our soul. Ngerasa bingung kenapa ada orang yang rela koleksi novel Harry Potter, DVD aslinya dan beli atribut2 sihirnya? Keunikan, orisinalitas, kekayaan akan imajinasi, yang menimbulkan penantian dan harapan para pembacanya, itulah yang membuat kita, potterfans, tetap setia kepada Harry Potter dan J.K. Rowling. Bahkan setelah Harry Potter selesai, kami masih berharap J.K. Rowling masih membuat karya-karya yang sebaik Harry Potter. Semoga tante J.K. Rowling bisa terus menginspirasi dan membuat karya-karya hebat. Next stop: The Casual Vacancy. :D 

"Karena pengharapan adalah yang membuat kita bertahan pada apa yang kita cintai." - Bung James, 2012. 

Anyway, ada permainan baru yang saya pelajari hari ini, yaitu duel mantra. Intinya sih sama kayak suit jempol-telunjuk-kelingking atau rock-scissors-paper antara dua orang, namun lebih keren, yaitu dengan menggunakan mantra! Ingat ga, mantra andalan Harry Potter adalah Expelliarmus, mantra Voldemort adalah Avada Kedavra, dan mantra Severus Snape adalah Sectumsempra. Di ceritanya, Harry mengalahkan Voldemort, Voldemort mengalahkan Snape, dan Snape mengalahkan Harry. Jadi, Expelliarmus > Avada Kedavra > Sectumsempra > Expelliarmus. Simpel kan? Yak, siapkan tongkat sihir, beri salam dulu pada partner duel, lalu.... teriakkan mantranya! Semoga bisa jadi inspirasi baru untuk bermain ya :D

Maaf ya, post ini belum selesai seperti biasanya setelah penulisan song of the day. Saya suka lagu ini, tapi jujur saya lebih suka versinya Adam Lambert. Dan karena otak saya ini kemungkinan adalah iPod yang rusak, saat saya lagi bengong berpikir, tiba-tiba lagu ini termainkan di otak. 

People say I'm the life of the party
Cause I tell a joke or two
Although I might be laughing loud and hearty
Deep inside I'm blue 
So take a good look at my face
You'll see my smile looks out of place
If you look closer, it's easy to trace
The tracks of my tears..

Dalam lagu ini, sebenernya orang yang menyanyikan lagu ini, dia berharap. Dia berharap untuk diperhatikan lebih dalam. Dia memiliki kesedihan dalam dirinya dan berusaha untuk menutupinya dari orang lain karena tidak ingin dikira lemah dan tidak ingin dikasihani. Tapi, tentu sebagai manusia kita selalu ingin dianggap, kita ingin orang lain tahu kalau kita itu eksis, ga hanya fisikal, tapi juga perasaan-perasaan didalamnya.

Engga, maksud post ini bukan buat proyeksi. Dan engga, ini ga harus ngebahas soal cinta. Intinya, what you see it's not what you get. Jangan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu hanya dari apa yang terlihat dari luar. Apalagi menjudge sesuatu atas dasar kondisi permukaannya saja. Apresiasi terhadap effort orang lain juga penting, sekecil apapun effort itu. Mungkin ini yang harus saya latih lagi sebagai mahasiswa psikologi. Semoga saya bisa menjadi psikolog hebat nantinya, amin :)

By the way, kenapa judulnya 'tentang harapan'? Ngeh ga, di beberapa akhir paragraf di atas, ada sebuah harapan? Ada kata 'semoga' atau 'harapan' di tiap paragrafnya. Cuma mau bilang aja, kalau kita gabisa apa2 kalo ga punya harapan. Tanpa harapan, bagaimana kita mau memulai suatu tindakan? Hal kecil misalnya, makan, anda makan dengan harapan agar bisa kenyang dan bertenaga kan, atau hanya berharap untuk dapat menikmati kenikmatan makanan tersebut? Sekecil apapun, seotomatis apapun tindakannya, jika ditelusuri lagi pasti ada harapan dibaliknya. Sebenernya, bukan itu sih inti masalahnya. Saya dengar ada orang yang tidak mau berharap lagi karena takut untuk kecewa. Hei, sekecil apapun, sebesar apapun, harapan itu akan didengar oleh Tuhan. Kecewa? Biasa aja, kalau kecewa kita masih belum mati kan? Masih bisa belajar dari kesalahan, masih bisa memperbaiki, masih bisa mengganti harapan itu sendiri bahkan. Jadi, jangan takut untuk berharap, ok? :)

Tuesday, October 16, 2012

Saatnya Bilang Wow

Di tengah malam, dalam pencarian motivasi yang hilang.
Antara kehectican dunia kampus dan kelaknatan 22 sks.
Melarikan diri dengan modal rasa ingin tahu yang mungkin sengaja ditimbulkan.
Dan rasanya aku ingin segera meneriakkan WOW panjang dengan pengeras suara agar semua orang tahu akan kekagumanku.
Tapi orang lain tidak boleh tahu, dan aku tahu aku egois.
Izinkanlah aku, Ya Rabb, jadikan ini yang baik bagiku.
Lebih baik aku kecewa nantinya daripada tidak menaruh harapan untuk yang kali ini.

Song of the Day: Jason Mraz - I Won't Give Up

Thursday, October 4, 2012

A Photo for A Smile

Dear bloggers, apa sih hal yang kalian lakukan saat sedang badmood, sedih, atau marah? Pokoknya ketika kalian sedang mengalami kemunculan dari emosi-emosi buruk yang membuat kalian gabisa senyum, bahkan gamau tersenyum. Saat-saat ketika anda merasa semua orang bersalah, atau semua salah anda, atau bingung siapa yang salah, pokoknya hal itu yang membuat anda pengen banget segera nyemplung ke laut #eh

Kalau saya, biasanya sih nyanyi, keras-keras, di rumah. Sudah se-terbiasa dan se-terpaksa itu orang-orang di rumah saya untuk mendengarkan saya, mungkin para tetangga saya juga begitu #ups. Tapi, terkadang hal ini belum cukup ampuh buat totally menghilangkan mood buruk saya, apalagi kalau ternyata salah terjebak dalam lagu yang temponya malah bikin galau atau semacamnya *eaa*. Lagipula, rata-rata 8-10 jam hidup saya dalam sehari dihabiskan di kampus, maka agak susah untuk melakukan hal itu dimana tidak memungkinkan untuk bernyanyi keras-keras di kampus, baik dikelas (yaiyalah), maupun di luar kelas, bisa-bisa dibilang kalau alasan saya masuk psikologi adalah untuk berobat jalan, hakhak.  

Nah, baru-baru ini saya menemukan, atau mungkin menyadari metode baru yang bisa dibilang cukup ampuh (khususnya bagi saya) untuk menghilangkan emosi buruk yang muncul di saat sedang tidak berada di rumah. Itu adalah.... Narsis! Ya, narsis, alias berfoto-foto. :D

Ceritanya, awal saya menemukan metode baru itu adalah ketika sedang kecewa terhadap hal yang terjadi tidak sesuai dengan harapan *tsaah*. Kemudian, karena tidak memungkinkan untuk bernyanyi keras-keras, alternatif lain saya sebagai orang yang memiliki locus of control internal dan pribadi introvert adalah menyendiri lalu merenungi apa yang baru saja terjadi. Namun, karena lokasinya di kampus dimana beratus-ratus orang berlalu-lalang untuk melakukan kegiatannya, menyendiri itu pun kurang bisa direalisasikan secara maksimal. Oleh karena itu, saya pun tidak jadi bisa sendiri karena banyak teman-teman yang berkumpul di dekat saya atau menghampiri saya. Mungkin bisa saja tetap merenung walaupun ada banyak orang, tapi takut dibilang kesurupan aja kalo diem sambil bengong gitu. Lagipula saya itu orangnya gabisa fokus kalo di tempat ramai, bawaannya pengen nguping kesana kemari, hehe.

Beberapa orang menanyakan 'kenapa?', tapi saya cuma bisa bilang 'gak apa apa'. Maaf saya bohong, karena bercerita akan memperburuk keadaan. Terima kasih sudah menanyakan, atau mungkin memang sudah otomatis di dalam darah anak psikologi untuk menanyakan 'kenapa?', karena memang secara naluriah, kepo. Maaf juga nih, kalau saat-saat seperti itu saya tidak bisa mengkontrol muka atau nada bicara saya sehingga terkesan nyolot dan menyebalkan. Jadi, karena saya tahu bahwa lebih baik diam daripada ditimpuk karena muka yang ga terkontrol, saya diam saja dan bersandar pada pundak salah satu teman disebelah saya.

Kerjaan mahasiswa nganggur di kampus itu kalo ga buka buku, ya buka laptop. Teman disebelah saya ini sedang browsing di laptopnya. Saya hanya melihat, alias kepo dengan apa yang dilakukannya di laptop, manatahu ada yang bisa membangkitkan mood saya. Tapi setelah beberapa waktu, ia sudah kehabisan ide untuk melakukan apa lagi di laptopnya sebelum saya sempat menemukan 'kebahagiaan'. Tiba-tiba, ia mengajak saya untuk berfoto dengan webcam di laptopnya. Padahal sih males banget, tapi karena saya yang sedang lesu bersandar di pundaknya, tiba-tiba kaget bahwa saya sudah masuk dalam frame kamera, dan tersadar banget kalo saat itu saya sedang  bertampang sangat jelek karena cemberut (atau mungkin sehari-hari juga udah jelek), sehingga saya paksakan untuk tersenyum agar terlihat lebih baik. Dan kemudian ia mengklik tombol capture. 1 foto, 2 foto, sampai tidak dihitung lagi. Dan beberapa saat kemudian itu saya baru sadar bahwa saya sedang cengar-cengir dan ketawa-ketiwi dengannya. Saya bahkan lupa bahwa tadi saya sedang badmood.

Dalam psikologi, hal itu dinamakan Facial-feedback hypothesis. Dalam teorinya, dikatakan bahwa ekspresi wajah yang dibuat seseorang, dapat mempengaruhi emosi orang yang membuat ekspresi tersebut. Dalam eksperimen milik Paul Ekman, subjek penelitian yang merupakan aktor diminta untuk menunjukan ekspresi takut, hasilnya, reaksi fisiologis (seperti heart rate) yang yang ditunjukkan, sama kondisinya seperti ketika seseorang mengalami rasa takut. Begitu pula dengan ekspresi marah, dan ekspresi lainnya. Hal ini membuktikan bahwa adanya pengaruh facial expression terhadap emosi.
Referensi: King, Laura A. (2011). The Science of Psychology. New York: McGraw-Hill Companies

Jadi, ekspresi yang kita tunjukan dapat mempengaruhi keadaan emosi kita. Maka, dengan memaksakan diri untuk tersenyum, kita dapat memaksakan diri kita untuk kembali senang walaupun sedang dalam kondisi yang buruk, karena memang senyum itu terasosiasikan dengan emosi senang. Tadinya, saya pikir teori itu ga terbukti amat, terutama buat saya, karena belum pernah benar-benar mengalami yang namanya lg sedih, atau marah trus dipaksa senyum dan hasilnya jadi senang. Lagipula, susah juga yang namanya 'memaksakan' sesuatu. Maka, senang sekali ketika saya menemukan metode baru ini, karena dengan metode ini, saya menjadi 'terpaksa' untuk tersenyum, karena kalau tidak segera tersenyum di depan kamera, saya akan merusak gadget seseorang karena menyimpan foto dengan tampang yang kalo dilihat rasanya pengen segera membanting gadget tersebut.

Akhirnya, saya melakukan metode ini beberapa kali ketika saya sedang berada dalam kondisi buruk, dan hasilnya memang ampuh bagi saya yang memang jika dalam kondisi buruk, akan terkadang susah untuk tersenyum walaupun sudah ada stimulasi dari luar, misalnya nonton film lucu, atau ada teman yang ngelawak. Nyatanya, stimulasi dari diri sendiri lebih besar pengaruhnya daripada yang dari luar. Memang, hal ini ga bersifat universal, tapi buat yang suka badmood dan susah senyum, boleh nih di coba dulu, hehe.

Perlu diingat, metode ini bukan cara untuk menyelesaikan masalah yang membuat anda beremosi buruk tersebut. Masalah akan tetap ada setelah selesai berfoto. Tapi, dengan mengusahakan untuk tetap dalam kondisi senang itu baik juga, karena jika dalam kondisi senang, pikiran akan menjadi lebih positif dan lebih semangat untuk menghadapi masalah tersebut.

Selamat mencoba :)


Song of the Day: Avril Lavigne - Smile
Because....
....that's why I smile
it's been a while
since every day and everything

has felt this right
and now you turn it all around
and suddenly you're all I need
The reason why
I smile

Popular Posts